Sprint Race MotoGP: Dicintai Penonton, Dibenci Pembalap?
Uzone.id - MotoGP 2023 sudah menggunakan format baru dengan menghadirkan Sprint Race di setiap serinya. Sprint Race dianggap sangat bagus untuk pertunjukan, namun pembalap mengeluh karena jumlah balapan menjadi terlalu banyak.
Dilansir dariCrash, Sprint Race memang menjadi populer di kalangan penggemar MotoGP. Bahkan balapan tambahan di hari Sabtu ini mampu menambah jumlah penonton di tepi lintasan.
Data dariMotoGPmenunjukkan peningkatan penonton di hari Sabtu hampir 200.000 penonton selama satu tahun. Angka itu cukup jauh berbeda dibandingkan peningkatan penonton di hari Minggu yang hanya 160.000 penonton.
Namun jumlahSprint Racedi setiap seri MotoGP membuat balapan bertambah sebanyak 20 kali. Padahal F1 hanya menyelenggarakan enam Sprint Race saja selama 2023 kemarin.
Dengan adanya Sprint Race juga menambah statistik kecelakaan pembalap MotoGP. Karena cedera, tidak ada satupun akhir pekan MotoGP yang dilewati dengan susunan pembalap yang lengkap.
Terlebih kecelakaan balapan lebih berbahaya dibandingkan terjatuh saat latihan atau kualifikasi. Oleh karenanya banyak pembalap yang melihat hubungan antara Sprint Race dan cedera sangat berkaitan.
Pembalap menginginkan Sprint Race yang seperti F1, dimana penambahan balapan tidak dilakukan di setiap akhir pekan. Pasalnya memilih sirkuit yang mendapatkan Sprint Race juga bukan perkara mudah.
Promotor masing-masing negara tentunya akan tidak senang jika sirkuitnya tidak digelar balapan Sprint Race. Dari segi pembalap tentunya akan mengeluh jika sirkuit yang dipilih untuk Sprint Race menguntungkan salah satu pabrikan.
Beberapa pembalap pun turut melontarkan komentarnya soal polemik Sprint Race ini.
Bagi Marc Marquez, Sprint Race sangat bagus bagi pertunjukan MotoGP, namun sangat menuntut pembalap.
"Bagus untuk pertunjukan. Sangat menuntut bagi para pembalap. Pendapat saya pribadi adalah tidak mudah untuk melakukan 22 balapan ditambah 22 balapan Sprint. Tapi memang benar itu bagus untuk pertunjukan dan terkadang Sprint bahkan lebih baik dari balapan utama," ujar Marc Marquez.
Di sisi lain Fabio Quartararo juga menyebutkan ingin Sprint Race dibuat seperti di F1. Menurutnya tidak perlu balapan di hari Sabtu untuk semua seri MotoGP.
"Itu adalah musim yang sulit dan sangat panjang dengan semua Sprint dan saya pikir tidak perlu melakukan di semua balapan. Saya pikir ini sudah merupakan olahraga yang berbahaya. Di sini di Valencia, ini adalah balapan terakhir musim ini, Anda tahu selalu penuh penonton jadi mengapa ingin menambah balapan lagi di hari Sabtu?," jelasnya.
Franco Morbidelli juga memiliki balapan yang sama. Pembalap lulusan VR46 Academy itu menyebutkan di F1 tidak dilakukan di semua seri, bahkan pembalapnya duduk di dalam mobil.
"Ya itu sulit. Balapan akhir pekan pasti berubah dan menjadi sangat, sangat, sangat intens. Maksudnya, balapan Sprint setiap akhir pekan, itu sulit. Mereka bahkan tidak melakukannya di Formula Satu, tapi mereka duduk di dalam mobil," ungkap Morbidelli.
Meski banyak yang ingin menghapus Sprint Race di setiap seri, namun terdapat beberapa pembalap yang justru menyukainya.
Seperti Johann Zarco yang menyebutkan cedera pembalap bukan hanya dari Sprint. Namun regulasi teknis lebih dibutuhkan dibandingkan harus menghapus Sprint Race.
"(Cedera) bisa jadi lebih disebabkan oleh motornya, kami telah banyak meningkatkan akselerasi dan pengeremannya. Jadi tikungannya cukup sulit atau Anda tidak bisa membuat perbedaan besar. Jadi Anda tidak punya (margin) lagi. Saya pikir ini lebih tentang regulasi teknis daripada format akhir pekan," ucap Zarco.
“Balapan Sprint tidak banyak membantu saya karena saya tidak mendapatkan banyak poin darinya, tapi ini mempersiapkan Anda dengan baik untuk hari berikutnya,” katanya.