Home
/
Travel

Bunga Sakura dalam Budaya dan Diplomasi Jepang

Bunga Sakura dalam Budaya dan Diplomasi Jepang

Nurhasanah Arumsari Sihombing09 April 2018
Bagikan :

Setiap tahun, masyarakat Jepang menyambut hangat musim semi yang ditandai dengan bunga sakura. Sebagai salah satu bunga nasional, sakura memiliki tempat khusus dalam budaya Jepang. Selain itu, sakura juga berperan dalam memperkuat hubungan masyarakat Jepang dengan beberapa negara sahabat.

Kebiasaan melihat bunga sakura mekar atau hanami dilakukan orang Jepang pada akhir Maret hingga minggu kedua April setiap tahun. Kini kegiatan ini berkembang menjadi festival budaya tahunan dan berhasil menarik banyak wisatawan ke Jepang.

Arti Bunga Sakura 

Mengapa bunga sakura ini begitu signifikan? Selain keindahan kelopak bunga berwarna merah muda pucat dan jumlahnya yang banyak di Jepang, bunga ini dikenal karena masa hidup yang sangat pendek. Sakura hanya berbunga satu kali dalam setahun. Setelah berbunga, mekarnya hanya bertahan selama satu atau dua minggu sebelum jatuh ke tanah atau terbawa angin dan membuat fenomena "hujan sakura".

Pohon Sakura sendiri merupakan pohon yang tergolong dalam familia Rosaceae, genus Prunus sejenis dengan pohon prem, persik, atau aprikot. Nama Sakura berasal dari kata Saku, yang dalam bahasa Jepang berarti Mekar, dan Ra adalah sebuah tambahan untuk menyatakan bentuk jamak.

Bunga sakura melambangkan awan karena bermekaran secara massal, selain menjadi metafora abadi untuk sifat kehidupan yang tidak kekal, aspek tradisi budaya Jepang yang sering dikaitkan dengan pengaruh Buddha dan diwujudkan dalam konsep "Mono no aware" (atau kepekaan terhadap segala sesuatu). Kefanaan, keindahan, dan ketidakstabilan sakura sering dikaitkan dengan kematian dan kebesaran hati siap menerima takdir dan karma. 

Tradisi Hanami

Meskipun tradisi hanami atau observasi bunga bersama keluarga dan teman berakar pada apresiasi akan keindahan bunga prem atau biasa dikenal plum.

Pada abad ke-8, pada periode Nara, orang-orang kelas atas Jepang mulai mengadakan pesta seperti piknik di bawah pohon plum atau ume dalam bahasa Jepang. Selanjutnya, selama periode Heian (794-1185), para pencipta seni tradisional dan kebudayaan Jepang mulai terpesona dengan sakura dan melihatnya sebagai bagian dari nilai kehidupan orang Jepang.

Sakura Sebagai Alat Diplomasi

Sakura adalah bunga yang paling penting dalam budaya Jepang kontemporer. Sakura juga dikenal sebagai bunga persahabatan antara Jepang dan Amerika Serikat. Jika Anda berkunjung ke Washington, DC jangan kaget bila menemukan pohon sakura yang sedang mekar.

Pada tahun 1912, Jepang memberikan 3.000 pohon sakura kepada Amerika Serikat sebagai bentuk hubungan baik yang telah terjalin dan persahabatan AS-Jepang. Secara simbolis, Ibu Negara Helen Herron Taft bersama istri Dubes Jepang Viscountess Chinda menanam dua pohon pertama di tepi utara Tidal Basin di West Potomac Park. Dalam perkembangannya, Washington, DC menyambut kedatangan musim semi dengan National Cherry Blossom Festival, yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1927.

Pohon sakura yang mekar melambangkan kedatangan musim semi dan menerangi daerah sekitar Jefferson Memorial di Tidal Basin dengan bunga berwarna merah muda dan putih yang semarak. National Cherry Blossom Festival adalah acara tahunan yang berlangsung selama empat minggu dan setidaknya diikuti lebih dari 1,5 juta orang yang mengikuti program yang disiapkan, selain menikmati keindahan bunga.

Bagaimana di Indonesia?

Ternyata, sakura juga menjadi tanda persahabatan Indonesia-Jepang yang sudah terjalin baik selama 60 tahun.

Sebagai bukti dari komitmen dan keseriusan perusahaan Jepang dalam berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan Indonesia, melalui program Toyota Forest telah mendatangkan 60 pohon sakura dari Jepang pada Januari dan Maret 2018 untuk ditanam di hutan lindung, Tawangmangu, Jawa Tengah.

Taman Sakura Tawangmangu nantinya akan didesain seperti pegunungan dan cakra manggilingan (sebuah filosofi atau keyakinan berputarnya roda kehidupan baik mikro maupun makro). Kedua desain tersebut juga merupakan bentuk akulturasi dari dua budaya.

Sakura, gunungan dan cakra manggilingan merupakan simbol-simbol kefanaan kehidupan, yang dilingkupi adanya kebahagiaan, kesedihan, kemunduran, maupun kejayaan yang silih berganti namun perlu dimotivasi untuk menggapai akhir kesempurnaan dalam keabadian.

Untuk Anda yang ingin menikmati bunga sakura pada tahun in, bisa mendatangi Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di kaki Gunung Gede dan Pangrango, Cianjur, Jawa Barat.

Terdapat Taman Sakura seluas 6.647 meter persegi yang dibangun pada 2007 untuk memperkaya taman tematik Kebun Raya Cibodas. Berbeda dengan di negara asalnya, sakura di Kebun Raya Cibodas bisa berbunga dua kali dalam satu tahun, pada Januari-Februari dan Juli-Agustus. 

Bila berada di Bali, Anda bisa melihat koleksi bunga Sakura Yoko di Kebun Raya Eka Karya di Karangasem dengan musim mekar bulan April dan September. 

populerRelated Article