Masih Jadi Korban Hoaks? Baca Tips dari Bos WhatsApp Ini
-
(Ilustrasi WhatsApp/Unsplash)
Uzone.id -- Termakan pemberitaan dan informasi hoaks rasanya sudah menjadi malapetaka yang terkadang diwajarkan karena masyarakat yang semakin melek digital, dan penyebaran hoaks sendiri merajalela di media sosial. Tapi, mau sampai kapan jadi korban hoaks terus?Dampak dari hoaks sendiri bisa berbahaya, salah satunya merusak pola pikir manusia dengan informasi sesat yang membuat logika dan bahkan kepercayaan kita terhadap sesuatu menjadi buram.
Dari apa yang diutarakan Sravanthi Dev selaku Asia Pacific Communications Director WhatsApp, di zaman serba praktis seperti sekarang, masyarakat tetap harus memperhatikan informasi yang dikonsumsi setiap hari. Bahkan, grup WhatsApp sendiri menjadi sumber penyebaran hoaks.
Baca juga: Indonesia Masuk 3 Besar Pengguna WhatsApp Terbanyak di Dunia, Tapi...
“Jika kebetulan kita menerima pesan berantai atau broadcast dari orang lain, kita harus tetap memikirkan siapa yang menyebarkan itu dan apakah mereka memiliki pengetahuan cukup untuk menyebarkan informasi tersebut?” tutur Sravanthi dalam sebuah forum diskusi online belum lama ini.
Sravanthi pun memberikan beberapa tips agar kita tidak menjadi korban hoaks, baca terus di bawah, ya.
1. Bikin kesal? Pakai akal sehat dulu
Biasanya, hoaks itu sering bernada provokatif yang membuat emosi si pembaca meluap terhadap hal yang dibahas di dalamnya.
“Kalau kalian tiba-tiba kesal atau merasa ingin marah setelah membaca informasi tersebut, usahakan pakai common sense atau akal sehat terlebih dahulu untuk mempertanyakan semua yang kalian baca. Jangan karena sedang emosi, lalu malah langsung percaya dan ikut menyebarkannya,” ungkap Sravanthi.
2. Cek ke sumber kredibel terlebih dahulu
Mungkin hal ini suka bikin malas karena harus browsing dulu, tapi ini adalah cara yang paling mudah untuk memastikan akurasi informasi simpang-siur tersebut.
Baca juga: Akhirnya Grup WhatsApp Bisa Di-mute Selamanya!
“Jangan malas untuk mengecek ke sumber berita terpercaya, cari sumber validnya sampai dapat. Kalau memang tidak ada, ya jangan langsung percaya oleh informasi atau konten tersebut. Harus tetap waspada terhadap sumber yang dicantumkan di sana, karena bisa jadi hanya akal-akalan saja,” kata Sravanthi.
3. Jangan takut tegur orang yang menyebarkan hoaks
Jika kalian merasa ada hoaks yang sedang disebarkan oleh orang di sekitar dan tidak ingin lebih banyak korban yang terhasut, Sravanthi meyakini kalau kita harus percaya diri untuk memberi tahu orang tersebut tentang keabsahan informasinya.
“Jika sudah percaya diri kalau informasi itu hoaks, tegur saja orang yang menyebarkannya dengan sopan, buktikan kalau informasi itu tidak valid. Jika respons mereka tidak enak, kalian tidak usah menyerang balik, cukup berikan bukti saja kalau itu hoaks. Jika orang lain memiliki akal sehat yang sama, mereka akan melakukan hal yang sama juga untuk menyetop penyebaran hoaks tersebut,” tutup Sravanthi.