icon-category Digilife

Motif Bjorka Retas Data Indonesia, Mau Jadi Hacktivist?

  • 13 Sep 2022 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Aksi peretasan beruntun yang dilakukan Bjorka selama satu bulan ke belakang membuat banyak pihak bertanya-tanya, apa motif dan tujuan dia sebenarnya?

Menurut cuitannya di akun Twitter lama @Bjorkanism (sekarang sudah di-suspend), Bjorka sempat menyebut alasan mengapa ia melakukan aksi peretasan data ini.

Ia mengatakan bahwa dirinya melakukan peretasan ini untuk salah satu ‘teman’ di Warsawa, Polandia yang bercerita tentang betapa kacaunya kondisi Indonesia saat ini.

Menurutnya dan si 'teman' itu, para pemimpin teknologi di Indonesia diisi oleh orang-orang yang tidak paham benar soal teknologi, seperti politisi atau angkatan bersenjata.

Berangkat dari situ, ia pun langsung menyasar para pejabat Indonesia, mulai dari Menteri Kominfo hingga Gubernur DKI Jakarta.

Pakar siber pun menganalisis motif sebenarnya dibalik tindakan ‘caper’ Bjorka ini. Menurut Alfons Tanujaya selaku pakar keamanan siber Vaksincom, motif awal dari Bjorka ini berubah haluan.

“Awalnya sih motif finansial tapi lalu berubah jadi motif ingin menunjukkan kelemahan pengelolaan data di Indonesia,” ujar Alfons kepada Uzone.id, Selasa, (13/09).

Baca juga: Fakta Bjorka, Hacker yang Umbar Data dan 'Caper' ke Netizen +62

Hal yang senada pun diungkapkan oleh Pratama Persadha, peneliti keamanan siber CISSRec. Menurutnya motif awal dari Bjorka ini adalah menjual data dan mendapat bayaran.

“Motifnya hanya Bjorka yang tahu. Meski kalau diawal kita lihat Bjorka ini menjual datanya lewat forum dataleaks breached.to dengan membayar lewat mata uang kripto seperti bitcoin,” ungkap Pratama.

“Meski belakangan Bjorka dianggap masuk ke ranah politik tanah air. Hal seperti ini sering disebut dengan hacktivist, aktivitas hacking dengan tujuan sosial politik,” tambahnya.

Melihat banyaknya data-data masyarakat Indonesia, khususnya pejabat yang menjadi target Bjorka, ini cukup menunjukkan bukti kalau kini ia masuk dalam ranah politik. Apalagi kini ia terang-terangan menyindir para pejabat negara di cuitannya.

Sementara itu, kejahatan siber dengan pola yang sama atau ‘Hacktivist’ ini bukan hal yang baru terjadi. Bahkan, cukup banyak peretas yang memiliki alasan sosial politik.

“Seperti yang dilakukan oleh wikileaks, ini termasuk hacktivist. Lalu juga para aktivis yang mendapatkan banyak data dari peretas yang digunakan untuk mengusut korupsi dan menurunkan diktator di luar negeri,” terang Pratama.

Baca juga:  Netizen Indonesia Memang Beda, Aksi Bjorka Dianggap 'Pahlawan'

Kegiatan peretasan dengan alasan sosial politik ini juga terjadi di seluruh dunia. Yang paling terkenal, adalah pada saat Pilpres AS 2016.

Pratama menjelaskan pada saat itu ramai dengan dengan bocoran email dari Hillary Clinton. Pihak AS sendiri menuduh para hacker dari Rusia yang melakukan peretasan tersebut untuk membantu Trump memenangi pilpres 2016.

Hingga saat ini, belum terungkap dari mana si Bjorka ini berasal. Walaupun ia sempat menyebutkan kota Warsawa, Polandia namun ini tidak jadi acuan mengenai keberadaan si hacker ini sebenarnya.

Walaupun begitu, bukan tidak mungkin bagi tim siber untuk melacak posisi peretas Bjorka.

“Bisa saja dilakukan (pelacakan), namun jika Bjorka memang jago dan memakai tools untuk memalsukan posisinya maka tetap sulit dilakukan tracing, meski bukan hal yang tidak mungkin,” ujar Pratama.

“Tracing tidak hanya secara teknis namun juga lewat tracing jejaring hacker, dicari informasi siapa Bjorka di komunitas internet dan hacker,” tambahnya.

Bjorka dan tindakan peretasannya yang terus menargetkan masyarakat Indonesia membuat berbagai pihak geram. Banyak yang bertanya-tanya sampai kapan ia akan melakukan aksi ini dan berhenti menargetkan Indonesia.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini