icon-category Startup

Nasib EduTech Pasca Sekolah Tatap Muka Dibuka Kembali

  • 22 Mar 2021 WIB
Bagikan :

Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)

Uzone.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menargetkan sekolah tatap muka bakal dibuka pada Juli 2021. Target itu dipatok setelah vaksinasi Covid-19 bagi tenaga pendidik selesai pada Juni 2021.

Sementara, pemerintah menargetkan akhir Juni 2021 sebanyak 5,5 juta guru dan dosen selesai divaksinasi Covid-19. Pemerintah berharap seusai vaksinasi, sekolah kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Distance_Education

Meski anak-anak tidak menjadi target vaksinasi namun sekolah tetap menjadi prioritas untuk dibuka kembali. Padahal setahun pandemi berlangsung, banyak aplikasi yang mendukung sistem pembelajaran online. Bahkan aplikasi belajar online cukup naik daun di masa pandemi ini.

Baca juga: Meneropong Peluang Agritech di Indonesia

Setidaknya ada ada 44 startup edutech di Asia Tenggara yang tercatat eksistensinya di masa pandemi. Angka ini naik sekitar 70 persen dibanding 2016.

Menurut data Holoniq, platform pengumpul data startup edutech global, kapitalisasi pasar edutech Asia Tenggara mencapai US$480 juta (sekitar Rp6,82 triliun) dalam kurun 2015-2020. Putaran pendanaan terbesar dipegang oleh Ruangguru dengan capaian USD 150 juta (Rp 2,1 triliun) atau sepertiga dari kapitalisasi sektor edutech di Asia Tenggara.

Salah satu hal yang dikeluhkan dari pembelajaran online adalah biaya yang lebih tinggi terkait fasilitas yang perlu disiapkan serta persiapan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pembelajaran daring tersebut. Pembelajaran tatap muka diharapkan dapat mengatasi keduanya.

Terlalu dini untuk menilai bagaimana nasib startup edutech ketika nanti sekolah tatap muka dibuka kembali. Yang jelas, startup edutech yang mengandalkan fitur pembelajaran daring perlu memikirkan strategi agar tetap relevan ke depannya.

alt-img

Photo by Mira Kireeva on Unsplash

Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah mendorong fitur-fitur yang mendukung pembelajaran tatap muka, misalnya manajemen terkait PR siswa ataupun tugas lainnya. Selain itu, startup edutech perlu untuk melakukan benchmark terhadap negara-negara lain yang sudah mulai membuka sekolah di awal tahun ini.

Salah satu contoh hal yang terjadi di negara lain yang mungkin juga terjadi di Indonesia yaitu pembukaan secara bertahap, di mana di dalam satu sekolah atau kelas, siswa masuk atau mengikuti tatap muka secara bergantian.

Baca juga: Startup Kesehatan di Indonesia, Sudahkah Mencapai Titik Jenuh?

Startup edutech dapat mengembangkan fitur yang mendukung terkait kebijakan ini. Startup edutech juga dapat melihat bagaimana respon startup edutech di negara tempat tatap muka tersebut digelar.

Hal yang tentu tidak kalah penting adalah mendengarkan suara dari pelanggan dan stakeholder yang terkait. Termasuk di antaranya siswa itu sendiri, orang tua siswa, pengajar, dan juga regulator terkait. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan startup edutech untuk tetap relevan ke depannya termasuk ketika pandemi ini berlalu.

.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini