Sponsored
Home
/
Film

Review: Dua Kata untuk Thriller Investigasi ‘Searching’, Wajib Ditonton

Review: Dua Kata untuk <i>Thriller</i> Investigasi ‘Searching’, Wajib Ditonton
Preview
Hani Nur Fajrina27 August 2018
Bagikan :

Spoiler-free.

Uzone.id -- Akhirnya, ada lagi film thriller yang memicu adrenalin dan sanggup bikin bulu kuduk berdiri berkali-kali. Sungguh, ‘Searching’ memiliki komponen unik yang membuatnya berbeda dan layak ditonton. Oops, ralat. WAJIB ditonton.

Menonton ‘Searching’ hampir mirip dengan ‘Don’t Breathe’. Punya cerita yang sebetulnya menarik, tapi nggak ada jaminan pasti bahwa film ini akan super keren karena bukan blockbuster dan pemasaran yang nggak masif seperti film superhero. Nggak heran kalau film seperti ini awalnya diremehkan atau bahkan tidak terlalu dinantikan.

Preview

Nyatanya, ‘Don’t Breathe’ berhasil memikat kebanyakan penonton karena ketegangannya begitu efektif dengan plot yang rapi, tak lupa twist yang begitu ‘sakit’ serta menularkan rasa sesak ke satu bioskop.

Garis cerita ‘Searching’ tentu berbeda jauh dari ‘Don’t Breathe’. Tapi, sama-sama mematahkan rasa skeptis orang karena mampu menghanyutkan penonton ke dalam cerita dengan alur yang begitu membekas.

Baca juga: Review: Ketika Geng Winnie the Pooh Ingatkan Dampak Workaholic di 'Christopher Robin'

‘Searching’ secara singkat mengisahkan tentang seorang ayah bernama David Kim (John Cho) yang berusaha mati-matian membantu pihak polisi untuk mencari tahu keberadaan putrinya, Margot (Michelle La) yang hilang entah ke mana.

Begitu sederhana, begitu klasik ya? Namun, di era modern seperti ini, masalah ‘klasik’ seperti kehilangan anak tampaknya bakal dibantu banyak oleh kehadiran teknologi. Bisa ponsel pintar, internet, dan media sosial. Inilah yang disajikan di dalam ‘Searching’, karya debut dari sutradara berdarah India-Amerika, Aneesh Chaganty.

So, kenapa sampai harus wajib ditonton? Ini alasannya.

1. ‘Menarik’ penonton ke dalam layar

Layar di sini memiliki arti ganda: layar bioskop (sudah pasti) dan layar komputer yang menjadi konsep sinematik untuk film ini.

Iya, jadi film ini menggunakan konsep point of view (pov) dari orang atau si karakter utama. Alih-alih seperti film POV yang sudah ada --pakai kamera dengan gambar goyang-goyang agar terasa realistis-- ‘Searching’ justru memakai konsep layar komputer.

Preview

Jadi, selama film berlangsung, semua adegan diambil dari POV layar komputer karena menyajikan berbagai aktivitas yang dilakukan melibatkan banyak video call, chat, iMessage, YouTube, hingga live-streaming.

Awalnya, gue pikir bakal gagal dengan konsep maksain seperti ini. Nggak tahunya, kita justru jadi semakin fokus dengan alur cerita.

2. Bakal relate sama milenial

Kenapa lagi-lagi milenial? Sebenarnya bukan cuma persoalan psikologis si anak remaja yang hilang aja, gaes. Tapi konsep film ini secara keseluruhan yang nyaris 90 persen bergantung pada dunia internet, terutama media sosial.

Istimewanya, film ini juga menyajikan nostalgia terhadap perkembangan teknologi dari zaman semua orang menggunakan Windows Explorer dengan gambar latar pemandangan gunung dan langit biru yang begitu ikonik -- tentu anak milenial yang tumbuh di akhir 1990an dan awal 2000an tahu.

Preview

Semakin berkembang sampai sekarang kita mengenal istilah video call dan FaceTime dari perangkat Apple. Belum lagi penggunaan media sosial seperti Facebook, Instagram, Tumblr, dan layanan live-streaming yang gunanya buat narsis.

Semua ini tentu akan mudah dicerna bagi penonton milenial seperti kamu, sehingga membuat kisah ini terasa begitu relatable.

3. Penuh plot twist!

Ini adalah hak istimewa bagi penonton film untuk mendapatkan twist keren nan cerdas. Nggak semua sineas merasa punya kewajiban menyuguhkan twist di dalam film, namun ketika mereka sanggup membangun twist dengan apik, pasti dampaknya akan jauh lebih dalam bagi penonton.

Twist dari ‘Searching’ nggak cuma satu. Lebih dari satu, intinya. Dan tiap ada twist, adegan yang ditampilkan begitu tegang dan berujung membuat bulu kuduk berdiri sejadi-jadinya. Padahal, latar musiknya nggak lebay atau mencekam seperti film horor. Jumpscare pun nihil.

Rasa kagum tentu layak disampaikan kepada Chaganty sebagai sutradara merangkap penulis naskah yang berhasil meramu plot demi plot dengan begitu rapi dan natural. Hebatnya, akhir cerita 'Searching' sulit ditebak dan membuatmu banyak bespekulasi selama film berlangsung.

Siap-siap ikutan menjadi tim FBI dadakan selama nonton ‘Searching’!

Film ini sudah tayang di jaringan bioskop Indonesia.

populerRelated Article