Sinopsis My Generation, Saat Generasi Zaman "Now" Menggugat
"Zaman Papa dulu..."
KALIMAT ini selalu berulang-ulang diucapkan ayah Konji (Joko Anwar) kepada Konji (Arya Vasco) saat menasihati anaknya. Orangtua Konji selalu membandingkan kondisi generasi muda zaman "now" atau generasi milenial dengan zaman dulu.Menurut orangtua Konji, anak zaman sekarang tidak punya sopan santun dan gampang bersentuhan dengan hal negatif akibat derasnya arus teknologi informasi. Hal ini yang membuat Konji sebal tapi tak bisa melawan.
Untungnya, Konji tidak sendirian. Dia memiliki tiga sahabat yang selalu kompak, yaitu Zeke (Bryan Langelo), Orly (Alexandra Kosasie), dan Suki (Lutesha).
Mereka memiliki karakteristik, konflik, dan latar belakang yang berbeda-beda. Orly digambarkan sebagai perempuan yang kritis, pintar, dan berprinsip. Dia sedang dalam masa pemberontakan tentang kesetaraan gender dan hal-hal lain yang melabeli kaum perempuan.
Di luar itu, Orly bermasalah dengan ibunya (Indah Kalalo), orangtua tunggal yang berpacaran dengan pria yang lebih muda. Bagi Orly, gaya hidup ibunya tidak sesuai dengan umurnya.
Kehebohan di Youtube
Tokoh Suki digambarkan sebagai perempuan paling cool di antara teman-temannya. Selayaknya anak muda pada umumnya, Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Krisis kepercayaan dirinya semakin besar seiring sikap orangtuanya yang selalu berpikiran negatif padanya.
Zeke, pemuda pembangkang dan bisa disebut ketua geng mereka berempat. Dia easy going dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya. Namun, di dalam hatinya dia memendam masalah dan menyimpan luka. Zeke merasa orangtuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya.
Konji, pemuda polos dan naif yang sedang mengalami dilema dengan masa pubertasnya. Dia merasa ditekan aturan orangtuanya yang sangat kolot dan sangat protektif. Hingga ada satu peristiwa yang membuatnya shock.
Suatu hari mereka membuat kehebohan dengan video yang diunggah ke YouTube. Dalam video itu mereka mengatakan kalau sekolah, guru, dan orangtua menyebalkan. Video itu menjadi viral karena sebenarnya apa yang mereka suarakan mewakili kawan-kawan mereka.
Alhasil, Zeke dkk dipanggil bersama orangtua masing-masing. Akibatnya, mereka mendapat hukuman yaitu saat liburan sekolah tak boleh ke mana-mana.
Petualangan remaja
Dari sinilah, kisah My Generation bergulir. Kebadungan remaja zaman "now" digambarkan detail. Mereka merasa terlalu keren untuk mengutuki keadaan dan membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka puas.
Liburan sekolah yang terkesan tidak istimewa, justru membawa mereka pada kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan mereka. Misalnya mengerjai mantan pacar Suki. Selain itu, ada juga kisah romansa dari Konji.
Pada satu titik, ulah mereka ternyata memiliki dampak besar. Mereka juga tak menyangka karena berpengaruh juga pada hubungan persahabatan mereka. Bagaimana akhir kisah empat sahabat ini?
Mengangkat realitas kekinian
Mulai tayang 9 November 2017, My Generation yang disutradarai Upi ini mengangkat realita kehidupan generasi milenial secara natural. Mereka kritis dalam menanggapi segala hal dan berani mengungkapkan pendapat mereka tak terkecuali kepada orangtuanya.
Mereka bahkan mempertanyakan kembali nasihat atau larangan yang orangtua mereka berikan. Perbedaan karakter antar generasi yang gamblang tertuang dalam film ini.
Pada pemutaran perdana di Jalan HOS Cokroaminoto Kota Bandung, Jumat 3 November 2017, Upi yang juga menulis skenario My Generation mengungkapkan, dia melakukan riset selama dua tahun.
Upi mengamati bahwa gaya berbicara anak sekarang yang kerap mencampurkan bahasa Indonesia dan Inggris. Observasi Upi lakukan dengan membedah akun-akun para remaja di berbagai platform media sosial. Dia mencari dengan berbagai tagar, kemudian mewujudkannya dalam dialog dan alur cerita My Generation.
"Saya menulis kisah remaja dari sudut pandang yang berbeda. Biasanya, cerita remaja selalu dikaitkan dengan cinta saja. Di My Generation, saya mengangkat kehidupan mereka sehari-hari. Saya juga menghadirkan dua perspektif yaitu dari sisi anak mudanya dan orangtuanya," ungkap Upi yang telah menyutradarai film antara lain 30 Hari Mencari Cinta (2004), Realita, Cinta dan Rock 'n Roll (2006), Serigala Terakhir, Belenggu, dan My Stupid Boss.
Tema ringan tapi berbobot
Hasilnya, My Generation menjelma menjadi film remaja yang bisa dibilang berhubungan dengan anak muda zaman "now". Upi bisa dengan detail menggambarkan fenomena yang terjadi saat ini misalnya tingkah polah yang haus eksistensi di media sosial. Selain itu, rasa ingin tahu dan penasaran yang besar sebagai remaja juga berhasil ditampilkan.
Jangan bayangkan My Generation adalah film remaja dengan kenakalan yang berlebihan, misalnya narkoba atau seks bebas. Film produksi IFI Sinema itu justru mengangkat problema yang dekat dengan keseharian.
Keberanian Upi memakai aktor dan aktris baru sebagai empat karakter utama juga patut diapresiasi. Chemistry mereka justru terbangun utuh dan menjadi nyawa film. Para pemain baru itu Upi kombinasikan dengan aktor dan aktris senior yang memerankan orangtua mereka. Seperti Ira Wibowo, Tio Pakusadewo, Surya Saputra, Aida Nurmala, dan Karina Suwandi.
"Film ini bukan bermaksud menggurui atau menghakimi generasi millenial. Akan tetapi memberikan referensi terkini bagaimana kondisi generasi milenial lebih dekat. Pada akhirnya, antara generasi sekarang dan dulu harus saling memahami," ujar Upi.***