Sudah Mulai Ngantor, Tapi Kok Meeting Masih Online?
Ilustrasi foto: Meeting online (Gabriel Benois/Unsplash)
Uzone.id - Mengingat pandemi sudah mulai membaik dan kegiatan sudah on the way normal kembali, perusahaan mulai memanggil karyawannya untuk kembali ke kantor.
Hal ini jadi kabar baik sekaligus kurang mengenakkan bagi beberapa pihak. Ada yang senang karena sudah jengah diam terus di rumah tanpa ngobrol santai dengan rekan kerja.Ada juga yang menghela nafas panjang karena harus beranjak dari posisi enak mereka saat kerja di rumah.
Dengan keadaan pandemi yang berangsur membaik, setidaknya WFO kini mulai diberlakukan minimal 2 kali seminggu, ada juga yang sudah setiap hari datang ke kantor. Tapi, apakah kegiatan ngantor juga sepenuhnya kembali ke offline?
Nyatanya tidak, begitu di kantor para pekerja masih tetap melakukan meeting lewat Zoom bareng klien ataupun rekan kerja lainnya. Ujung-ujungnya, kegiatan di kantor malah sama saja dengan kerja di rumah.
Bahkan meeting di Zoom disebut lebih mudah daripada harus meeting di ruang pertemuan. Contoh nyatanya, meeting offline kadang ngaret karena harus menunggu semua anggota kumpul. Meskipun meeting online pun begitu, tapi gak se-ngaret meeting offline.
Baca juga: Konser Offline Mulai Bermunculan, Waktunya Sayonara ke Konser Online?
Belum lagi, bagi mereka yang betah kerja di rumah dan tiba-tiba harus kembali ke kantor, ini jadi sumber masalah baru bagi mereka.
“Bagi tim saya, tak semua anggota kami datang ke kantor pada hari yang saja, jadi kalau ada rapat ya ujung-ujungnya pakai Zoom. Which is, ngeselin,” kata salah satu karyawan bernama Maddi Perkins, 26 tahun, dikutip dari Bloomberg, Selasa, (05/04/2022).
“Tak ada gunanya jadinya, bahkan pas di kantor pun kami tidak berkomunikasi sebaik yang kami lakukan lewat aplikasi Slack di rumah,” tambahnya.
Selain suara yang ‘nabrak’ ketika meeting online bareng teman kerja di kantor, biaya perjalanan juga jadi masalah lain. Alhasil, selain tekanan mental, pengeluaran pun jadi membengkak.
“Mereka mencoba mendorong kami untuk kembali ke kantor, ini adalah tekanan mental dan finansial,” kata Maddi, "ditambah, belum ada komunikasi langsung yang terjadi,” tambahnya.
Kerja WFH atau WFO, mana yang banyak dipilih?
Terlepas dari perusahaan besar yang meminta karyawannya untuk kembali ngantor, faktanya karyawan banyak memilih untuk bekerja dari jarak jauh.
Survey terbaru dari Advanced Workplace Associates menunjukkan, hanya sekitar 3 persen karyawan yang lebih suka kerja di kantor 5 hari seminggu, dan sebanyak 86 persen lainnya memilih kerja di rumah setidaknya 2 hari seminggu.
Dilihat dari survey ini, hanya sedikit yang menyetujui bekerja full WFO dan selebihnya memilih bekerja Hybrid alias WFH dan juga WFO selama satu minggu.
Sedangkan, karyawan yang lebih memilih berangkat ke kantor dinilai ingin “bersosialisasi dan membangun hubungan lebih dari apapun,” kata Brian Elliott, pemimpin eksekutif Slack Future Forum.
Benefit meeting pakai Zoom
Ada beberapa keuntungan yang didapat dari meeting online dibanding offline, mungkin ini jadi salah satu alasan mengapa orang-orang lebih memilih untuk meeting via Zoom, Google Meet dan lainnya ketimbang masuk ke ruang meeting di kantor.
Salah satunya, karyawan lebih mudah melihat dokumen atau catatan yang dibagikan, mereka juga tak perlu repot-repot nge-print halaman dan disebarkan ke semua anggota rapat. Tinggal kirim soft-file nya, lalu selesai.
Bagi mereka yang gampang bosan, meeting online jadi solusi yang nyaman dan multi-tasking. Bisa dilakukan sambil makan, bersantai dan mengerjakan pekerjaan lain yang masih menumpuk.
Kabar baik bagi Zoom dkk, atau justru kabar buruk?
Tentunya, ketergantungan para pekerja pada aplikasi video conference jadi sumber cuan bagi Zoom dkk. Tapi tahukah kalian kalau saham Zoom akhir-akhir ini terjatuh karena khawatir ditinggal akibat banyak yang kembali ke kantor?
Prediksi penjualan meleset dan saham perusahaan pun jatuh sekitar 35 persen sejak awal tahun 2022.
Baca juga: 2024, Indonesia Siap Pemilu Online?
Namun, sepertinya Zoom dkk tak perlu khawatir mengingat WFH masih akan jadi pilihan menarik bagi para pekerja untuk memenuhi kewajibannya. Orang-orang masih akan terus melakukan meeting online bersama client dari luar kota atau negeri, begitupun pertemuan perusahaan juga masih banyak yang akan menggunakan video conference sebagai solusi bagi pekerja yang WFH.
Kerja hybrid jadi solusi?
“Ketika orang-orang kembali ke kantor, tapi mereka masih fokus ke panggilan video, keadaan ini menciptakan rasa frustasi dan kekesalan karena harus kembali ke kantor,” kata salah satu konsultan bisnis, Lauren Mason.
Ia mengatakan, agar strategi kerja hybrid bekerja dengan baik, maka perusahaan harus memiliki niat yang baik dan tujuan mengapa pekerja harus kembali ke kantor.
Saat ini, banyak perusahaan yang terburu-buru membuka kembali kantor mereka tanpa berfokus ke sistem kerja hybrid ini.
Melihat banyaknya pekerja yang memilih untuk tidak full WFO selama satu minggu, bekerja secara Hybrid mungkin akan jadi solusi baru ketika pandemi benar-benar berakhir. Yang menjadi PR saat ini adalah bagaimana memaksimalkan kerja hybrid agar bisa berlangsung dengan baik.
“Semuanya masih mencari jalan keluarnya,” kata Mason. “Dulu kita dipaksa untuk kerja remote, eh sekarang kita juga dipaksa untuk bekerja secara hybrid. Keadaan ini akan jadi sebuah periode penyesuaian,” tambahnya.