Home
/
Startup

Tech Winter Berlanjut di 2024: Seleksi Alam dan AI jadi Penyebabnya?

Tech Winter Berlanjut di 2024: Seleksi Alam dan AI jadi Penyebabnya?
Vina Insyani15 January 2024
Bagikan :

Uzone.id – Tahun 2024 diperkirakan masih menjadi tahun sulit untuk perusahaan rintisan, khususnya startup di bidang digital. Baru beberapa minggu berganti tahun, startup besar seperti Google, Twitch, Discord hingga Lazada berturut-turut melakukan PHK.

Apakah ini pertanda tech winter masih terus berlangsung di tahun ini?

Pakar ekonomi sekaligus Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira mengatakan kalau tahun ini tech winter masih akan terus berlangsung, namun tidak akan separah tahun 2023 kemarin.

“Tahun ini jauh lebih reda ya, karena tech winter yang paling buruk terjadi di tahun 2023 kemarin. Tapi tidak menutup kemungkinan 2024 juga akan terjadi penyusutan jumlah startup-startup besar,” kata Bhima kepada Uzone.id, Sabtu, (13/01).

Ada beberapa hal yang menjadi faktor kenapa tech winter masih terus berlangsung di tahun ini dan kemungkinan menyebabkan jumlah startup menyusut.

Bhima mengatakan kalau di tahun ini pasar semakin jenuh serta adanya ‘seleksi alam’ dimana dimana startup-startup yang tidak stabil kemungkinan akan gugur.

“Di e-commerce kemungkinan yang bertahan hanya beberapa pemain besar, sisanya bakal gugur. Lalu, startup ride-hailing dan edtech juga kemungkinan hanya satu atau dua pemain besar yang bertahan.

Selain faktor ‘seleksi alam’, tech winter kemungkinan akan terjadi karena investor yang masih terus wait and see dalam menyalurkan dana mereka. Mereka akan berhati-hati ketika menyalurkan dananya dengan mempelajari bisnis model, biaya operasional, serta perkembangan pasar startup tersebut.

“Jadi selain seleksi alam dan pasar yang jenuh, ini juga karena investor akan berhati-hati, apalagi ekonomi global diprediksi mengalami penurunan. Indonesia juga diprediksi menurun (ekonominya), bank dunia memproyeksikan kita hanya tumbuh 4,9 persen saja,” tambah Bhima.

Sebagai tambahan informasi, di 2023 kuartal ke-3, ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh hingga 5,05 persen.

Faktor lain yang cukup penting dan menjadi alasan banyaknya PHK adalah karena perkembangan AI yang masif.

“PHK juga masih terus berlanjut, karena mereka masih mencari bentuk baru. Kemudian yang menjadi game charger itu adalah AI,” kata Bhima.

Bhima melanjutkan, “Kehadiran AI membuat efisiensi biaya operasional bisa ditekan, bahkan sangat drastis, karena tak butuh manusia, misalnya untuk programmer dan tugas lainnya, AI bisa melakukan hal-hal yang dilakukan manusia.”

Kehadiran AI saat ini memang menjadi perhatian berbagai pihak, pasalnya AI seperti ChatGPT, Bing Image Creator, Bard dan lainnya bisa secara perlahan menggantikan peran manusia.

“AI sangat berpengaruh terhadap efisiensi di sektor digital. Beberapa pekerjaan harus berhati-hati karena AI, seperti para jurnalis, digital marketing, design grafis, translator dan banyak lagi,” tambah Bhima.

Meskipun saat ini penerapan AI di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain, namun kehadiran AI memang mengancam berbagai pekerjaan, oleh karena itu, kualitas serta skill juga harus terus ditingkatkan agar tidak digantikan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI).

populerRelated Article