Usia Baru, Harapan Baru untuk Digitalisasi Indonesia
Ilustrasi: Uzone.id/Vescha Permata Sari
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid
Uzone.id – Mark Twain pernah bilang, "age is mind over matter. If you don’t mind, it doesn’t matter." Umur saya baru bertambah baru-baru ini. Bisa dibilang semakin tua, ada juga yang menilai masih muda.Di usia yang baru ini, tentu banyak hal yang saya refleksikan, baik personal maupun hal-hal yang saya harapkan terhadap kemajuan teknologi negeri ini.
Pertama, terkait winter season di industri startup. Setahun terakhir, kita melihat penurunan nilai startup baik di Indonesia maupun dunia seiring dengan gejolak yang melanda beberapa negara besar dunia.
Saya melihat kondisi ini masih akan berlangsung hingga tahun depan. Startup mesti berfokus mencapai path to profitability dan memperhatikan unit economics dari produk mereka.
Kedua, terkait dengan talenta. Agak terkait dengan poin pertama, yaitu beberapa startup yang terdampak melakukan PHK terhadap karyawannya.
Sebaliknya, startup yang memiliki kekuatan finansial yang baik terus merekrut karyawan baru.
Baca juga: Kapan Startup Harus Move On dari Bakar Duit dan Mulai Gali Profit?
Bagi individu, ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Apabila skill kita termasuk langka, Insya Allah tidak akan terpengaruh, malah bisa jadi terbuka kesempatan-kesempatan baru.
Untuk itu, kita perlu terus mengasah skill agar tetap relevan. Pelajari tren-tren yang berkembang dan dalami baik itu melalui kanal online maupun offline.
Ketiga, terkait kolaborasi. Setahun terakhir cukup banyak kolaborasi terjadi baik skala partnership maupun skala JV (joint venture) atau merger.
Dari mulai operator telekomunikasi hingga startup decacorn, ini menegaskan bahwa pertumbuhan secara anorganik merupakan hal yang tidak boleh kita lupakan.
Oleh karena itu, kita perlu terus memetakan SWOT perusahaan kita, dan selalu terbuka untuk aktif menjajaki kemungkinan kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lain khususnya di area yang bukan menjadi keunggulan kita.
Keempat, soal Web3 dan metaverse. Seiring dengan penurunan saham teknologi, terjadi pula penurunan nilai aset cryptocurrency. Namun, di saat yang sama inisiatif-inisiatif terkait Web3 dan metaverse juga bermunculan.
Telkom Indonesia baru-baru ini juga meluncurkan metaNesia sebagai platform metaverse kolaborasi di Indonesia.
Apakah teknologi metaverse akan berkembang pesat? Masih terlalu dini untuk menjawabnya, namun salah satu kunci untuk menjawabnya adalah seberapa use case atau ekosistem yang ada di atasnya menjawab persoalan pengguna.
Baca juga: Perlukah Was-was Hadapi Tech Winter?
Saya memprediksi akan muncul banyak use case dan platform, namun di saat yang sama use case atau platform yang tidak menjawab persoalan tadi pelan-pelan akan mati.
Nah, kalau boleh ditarik benang merah dari empat poin di atas, itu adalah soal agility dan adaptasi. Kondisi dunia yang masih agak gonjang-ganjing membuat kita, baik selaku individu maupun perusahaan mesti terus beradaptasi dan berinovasi.
Oleh karena itu, di momen ini saya mencoba mengingatkan diri saya sendiri dan para pembaca untuk sekali lagi mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan kita untuk menjawab tantangan adaptasi dan inovasi di atas.