Home
/
Startup

Prixa – Startup Diagnosis Kesehatan Berbasis Machine Learning

Prixa – Startup Diagnosis Kesehatan Berbasis Machine Learning

-

Rizqi Maulana20 November 2019
Bagikan :

Startup manajemen kesehatan lokal, Prixa secara resmi memperkenalkan layanan pemeriksaan diagnosis penyakit berbasis machine learning yang dikemas dalam bentuk chatbot.

Prixa didirikan oleh Dokter James Roring, dengan investor strategis yang dirahasiakan. Melalui layanan diagnosis penyakit berbasis web yang ditawarkan Prixa, pengguna dapat melihat dan mencari tahu sendiri gejala jenis penyakit yang sedang mereka derita.

Upaya self-diagnostic tersebut dilakukan melalui pengisian beberapa variabel. Mulai kolom ukuran data diri dan pemilihan gejala lebih lanjut yang dirasakan oleh pengguna.

Setelah memantau variabel jawaban pengguna, Prixa akan memberi dua hingga empat diagnosis jenis kemungkinan penyakit yang dialami, lengkap dengan probabilitasnya mulai dari tinggi hingga rendah. Berikutnya, diagnosis tersebut dikembalikan kepada pengguna, apakah akan digunakan untuk mendukung pemeriksaan ke dokter lebih lanjut atau ditangani medikasi ringan dari rumah.

Preview

Masih terbuka peluang startup kesehatan

Indonesia dengan populasi mencapai 260 juta jiwa memiliki tingkat penetrasi infrastruktur kesehatan yang dinilai masih kurang memadai. Terlebih lagi terhadap akses diagnosis penyakit dari tenaga dokter secara merata.

Merujuk keterangan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dari Kementerian Kesehatan, Usman Sumantri, negara ini masih kekurangan ribuan tenaga ahli dokter spesialis di tahun 2017 dan diperkirakan terus berlanjut hingga sekarang.

Masalah kurangnya tenaga dokter mendiagnosis penyakit di masyarakat inilah yang kemudian mendorong munculnya beragam startup layanan kesehatan. Sebelum Prixa, ada startup kesehatan seperti Dokter.id dan Tanyadok yang juga menawarkan layanan diagnosis sejenis, namun dengan model penyampaian yang berbeda.

Sebagai pemain baru di bidang startup layanan kesehatan, James tampak optimis melihat peluang Prixa di sektor startup yang tak lagi tergolong baru ini di Indonesia.

Dengan menghadirkan layanan diagnosis berbasis artificial intelegence, pria yang berlatarbelakang dokter bedah plastik ini meyakini bahwa prospek sektor kesehatan masih terbuka lebar, terlebih lagi dalam kebutuhan pengolahan teknologi big data di sektor kesehatan.

James mengatakan, aspek sektor layanan kesehatan di Indonesia cukup beragam dan masih ada banyak inovasi baru untuk dikembangkan. Prixa ingin lebih tekankan pada membuat model bisnis yang lebih scalable dari awal dengan tujuan yang jelas.

Yaitu menjadi manajemen kesehatan personal yang fungsinya benar-benar dibutuhkan.

James Roring, CEO & Co-Founder Prixa.ai

Akan terintegrasi dengan insurtech

James menjelaskan, layanan diagnosis Prixa sebetulnya merupakan pilar pijakan pertama dalam model bisnis manajemen healthcare personal yang sedang dikembangkan. Nantinya pelayanan tersebut akan diintegrasikan dengan sistem pengelolaan klaim asuransi dan manajemen risiko untuk kebutuhan pencarian asuransi.

Dengan dua layanan tersebut, model bisnis Prixa nantinya secara tidak langsung beririsan dengan sektor pelayanan insurtech yang menyasar target B2B2C.

Usai meresmikan produk mereka, pihak Prixa tengah mengupayakan kerja sama dengan perusahaan marketplace asuransi online WePlus untuk integrasi pilar bisnis selanjutnya. Prixa juga akan menekan surat perjanjian kerja sama dengan sejumlah dokter dan entitas bisnis ritel Alfamart.

Preview

Layanan self-diagnostic gejala penyakit yang dihadirkan Prixa kurang lebih mirip dengan fitur yang dimiliki layanan web kesehatan luar negeri seperti Mayo Clinic dan FamilyDoctor.

Ke depannya, Prixa akan terus menambahkan beragam fitur, seperti rekam data medis berbasis akun personal, penyajian deskripsi penyakit yang lebih komprehensif, fungsi saran dokter, perencana perawatan, dan lain sebagainya.

Saat ini Prixa mengklaim bisa mendeteksi 3600 kombinasi diagnosis penyakit dari gabungan keluhan 600 gejala dan 600 macam input jenis penyakit yang terdapat dalam database mereka.

Setelah layanan mereka resmi diluncurkan, James mengatakan pihaknya belum menargetkan angka spesifik soal berapa banyak user pemakai platform manajemen kesehatan Prixa. “Yang jelas untuk saat ini, kami perlu user (dan feedback) sebanyak-banyaknya,” kata dia.

(Diedit oleh Ancha Hardiansya)

This post Prixa – Startup Diagnosis Kesehatan Berbasis Machine Learning appeared first on Tech in Asia.

The post Prixa – Startup Diagnosis Kesehatan Berbasis Machine Learning appeared first on Tech in Asia Indonesia.

populerRelated Article