Review Xiaomi 13T: Kasih Experience Kamera Leica yang 'Nyaris' Otentik
Uzone.id - Upgrade yang gak nanggung diberikan Xiaomi untuk T Series terbarunya di Indonesia, Xiaomi 13T. Gak cuma sektor kamera saja, mulai dari desain, kualitas layar, hingga kinerjanya secara keseluruhan ditingkatkan oleh Xiaomi, padahal harganya lebih murah Rp100 ribu dari sebelumnya.
Di Indonesia, cuma satu varian Xiaomi 13T saja yang dipasarkan, yakni RAM 12 GB dengan memori penyimpanan 256 GB. Ponsel ini dibanderol dengan harga Rp6.499.000 atau lebih murah Rp100 ribu dari Xiaomi 12T saat pertama kali diluncurkan.Xiaomi 13T sendiri bisa dibilang jadi ‘obat kecewa’ yang dikasih Xiaomi buat para Mi Fans -sebutan penggemar Xiaomi, di tanah air. Banyak yang berharap (termasuk kami) Xiaomi 13 Series datang ke sini, walau tak jadi kenyataan.
Berikut ini review lengkap Xiaomi 13T, ponsel yang sudah dijadikan daily driver oleh tim Uzone.id selama seminggu lebih. Ulasan ini akan membahas berbagai sektor dari smartphone ini, termasuk apa saja kelebihan dan kekurangan dari Xiaomi 13T.
Vegan leather pertama
Di Xiaomi 13 Series, ada salah satu varian warna dengan material yang terbuat dari kulit sintetis, yakni Alpine Blue. Kebetulan, tim Uzone.id pun menggunakan Xiaomi 13T dengan varian warna ini.
Material kulit ini disebut Xiaomi sebagai BioComfort, jadi yang pertama buat T Series. Sementara untuk dua warna lainnya, Meadow Green dan Classic Black, terbuat dari material polikarbonat yang dibikin seolah seperti panel kaca.
Ada plus minus dari penggunaan dua material tersebut. Buat Alpine Blue dengan bahan vegan leather, ponsel ini jadi lebih nyaman digenggam, terasa empuk dan halus di tangan.
Apalagi, tepian bodi belakangnya pun dibikin melengkung, menyesuaikan dengan kontur telapak tangan pengguna. Walau dimensi ponsel ini agak besar, namun tetap pas ketika menggunakannya.
Beda dengan Meadow Green dan Classic Black, warna glossy dari keduanya bikin bodi ponsel mudah sekali kelihatan kotor akibat jejak sidik jari. Tapi, soal awet-awetan, kami lebih merekomendasikan kedua warna dengan material polikarbonat ini.
Mengapa? Material vegan leather mudah sekali tertempel noda dan cukup sulit untuk menghapusnya. “Tapi kan ada softcase?” Buat kami, lantaran Xiaomi telah mengemasnya dengan baik, rasanya kurang pas kalau menutupi kecantikan ponsel ini dengan casing lagi.
Tapi tetap saja, semuanya kembali ke selera masing-masing. Secara overall, pewarnaan yang dikasih Xiaomi untuk ponsel ini bagus-bagus saja kok.
Bodinya plastik, tapi pertama dengan IP68
Xiaomi 13T dari luar memang terlihat mewah, padahal secara harga ponsel ini terlalu mahal-mahal amat. Namun, untuk menekan harga, pastinya ada beberapa yang perlu ‘dikorbankan’, dan material bodi pun menjadi salah satunya.
Baik bingkai bodi maupun penampang belakang (untuk warna Meadow Green dan Classic Black) berbahan dasar plastik alias polikarbonat. Dan di layar depannya, Xiaomi cuma melapisinya dengan Gorilla Glass 5, agak ketinggalan dengan beberapa kompetitor lain yang mengusung lapisan lebih baik.
Meski begitu, Xiaomi 13T jadi T Series pertama yang mengantongi rating IP68. Itu berarti, Xiaomi 13T bisa diajak berenang di air tawar sedalam 1,5 meter selama 30 menit. Dengan rating ini pula, Xiaomi 13T juga tahan terhadap debu.
Tapi, Xiaomi sendiri tidak merekomendasikan penggunanya dengan sengaja nyemplungin ponsel buat ngetes apakah Xiaomi 13T beneran tahan air atau enggak.
Setidaknya, rating IP68 ini memberikan jaminan daya tahan yang lebih baik kepada pengguna. Misal, saat ponsel tak sengaja ketumpahan air mineral saat kerja, terkena air hujan, dan sebagainya.
Layar sudah 144Hz, audionya gak pecah
Soal layar, sebenarnya tak ada perbedaan signifikan antara Xiaomi 12T dengan Xiaomi 13T. Bisa dibilang, hanya dua fitur baru yang diberikan Xiaomi pada layar 13T, yakni refresh rate tinggi mencapai 144Hz.
Refresh rate ini bisa disetel melalui pengaturan Display atau Layar. Sementara untuk touch sampling rate mencapai 480Hz, bisa diatur melalui Game Turbo, aplikasi terpisah yang ditujukan untuk pada gamer.
Bicara soal refresh rate, hanya ada dua pengaturan yang bisa ditetapkan pengguna, 60Hz alias standar atau 144Hz, sekaligus memilih aplikasi mana saja yang dimungkinkan berjalan di refresh rate yang tinggi.
Nah, fitur baru lainnya, intensitas cahaya smartphone ini bisa mencapai 2.600 nits pada mode Peak atau 1.200 nits pada mode high brightness.
Sisanya, sebenarnya sama. AMOLED seluas 6,67 inci dengan resolusi 2.712 x 1.220 piksel atau disebut Xiaomi sebagai CrystalRes. Dukungan HDR10, Dolby Vision, intensitas cahaya yang tinggi, sampai dukungan in-display fingerprint.
Xiaomi 13T mengusung speaker stereo. Speaker utama ada di bagian bawah, sementara speaker sekunder di bagian atas. Nah, di tepian atas ini, lubang suaranya ada dua bukaan, yakni earpiece dan bagian atas yang sejajar dengan IR blaster.
Keluaran suaranya bagus, tidak pecah pula ketika volume diset ke level tertinggi. Cuma memang, kalau kualitasnya dibandingkan dengan smartphone flagship, masih kalah untuk urusan bass-nya, terasa hambar bisa dibilang. Tapi, overall oke kok.
MIUI 14 berbasis Android 13
Xiaomi 13T berjalan di sistem operasi MIUI 14 berbasis Android 13. Sistem operasi ini memang terasa lebih mulus dibanding MIUI 13 berbasis Android yang lebih lawas, tampilannya juga makin bisa dipersonalisasi.
Kalian bisa mengotak-atik layar utama ponsel mereka dengan mengatur bentuk dan ukuran ikon, besar dan kecilnya folder aplikasi, menaruh berbagai macam widget, dan lainnya.
Experience-nya juga nyaman, dan yang terpenting kami tak menemukan iklan mengganggu pada aplikasi bawaan Xiaomi. Bloatware juga masih ada, tapi aplikasi-aplikasi yang kebanyakan tak berguna itu bisa dihapus dengan mudah, tinggal drag & drop aplikasi ke ikon tong sampah saja di bagian atas layar.
Xiaomi 13T juga harusnya bisa dipakai bertahun-tahun lamanya oleh pengguna. Sebab, smartphone ini diberikan jaminan untuk mendapatkan upgrade sistem operasi Android sampai 4 kali, alias hingga Android 17!
Belum cukup, Xiaomi 13T juga bakal rutin mendapatkan patch keamanan sampai 5 tahun ke depan. Dengan spesifikasi yang ditawarkannya, rasanya ponsel ini akan fine-fine saja dijadikan sebagai daily driver buat beberapa tahun ke depan.
Dimensity 8200-Ultra lebih kencang, fast charging downgrade
Xiaomi 13T ditenagai prosesor MediaTek Dimensity 8200-Ultra, dan jika kalian sadar, nama belakang dari chipset ini serupa dengan Xiaomi 11T dan Xiaomi 12T. Ya, chipset pada Xiaomi 13T merupakan kolaborasi lanjutan antara Xiaomi dengan MediaTek.
Sebenarnya tak ada yang berbeda pada spesifikasi MediaTek Dimensity 8200-Ultra pada Xiaomi 13T dengan Dimensity 8200 reguler. Ini adalah prosesor kelas high-end dengan arsitektur 4nm.
Prosesor ini mengusung tiga kluster CPU, terdiri dari performance-core Cortex A78 dengan kecepatan 3,1 GHz, 3-core Cortex A78 dengan kecepatan 3 GHz, dan 4-core Cortex A55 dengan clock-speed 2 GHz. Terus, apa bedanya?
Jadi, nama ‘Ultra’ di belakang chipset ini berarti Xiaomi telah dibebaskan untuk memodifikasi chipset agar sesuai dengan kebutuhan di Xiaomi 13T. Ada beberapa sektor yang disesuaikan kembali, terutama untuk menunjang kamera ponsel.
Misalnya, meningkatkan akurasi warna pada gambar yang dihasilkan, menambah kualitas foto dan video agar lebih jelas, hingga memberikan performa yang powerful dan lebih stabil.
Prosesor ini dipadukan dengan RAM LPDDR5 sampai 12 GB dan memori penyimpanan UFS 3.1 sebesar 256 GB yang tak bisa ditambah dengan microSD. Untuk menopang dayanya, ada baterai 5.000 mAh yang bisa diisi secara singkat dengan fast charging 67W.
Untuk mengetes performanya, kami melakukan serangkaian pengujian dengan tiga aplikasi benchmark, yakni AnTuTu versi 10, 3DMark, dan PCMark.
Di AnTuTu Benchmark, Xiaomi 13T mencatatkan skor 884 ribuan poin. Skor ini impresif untuk ponsel di kelasnya, mengingat harga T Series dari Xiaomi biasanya tak lebih dari Rp7 juta.
Sebagai tolak ukur, kira-kira skor smartphone ini berada cukup jauh di atas Snapdragon 870 dan Snapdragon 888, tapi masih di bawah Exynos 2200 dan skor Snapdragon 7+ Gen 2.
Ya, kalau head-to-head ngebut-ngebutan performa, Snapdragon 7+ Gen 2 pada Poco F5 masih jauh lebih kencang dari Xiaomi 13T. Tapi setidaknya, ponsel ini sudah masuk ke segmen high-end jika melihat skor benchmark yang diraihnya.
Sementara itu di PCMark, Xiaomi 13T mendapatkan skor 13.672 poin. Lagi-lagi nilai yang tinggi untuk sebuah smartphone mid-range.
Dari grafis yang diperlihatkan PCMark, perpaduan MIUI 14 dengan Dimensity 8200-Ultra yang di-tweak khusus untuk Xiaomi 13T, memberikan kinerja 100 persen di setiap awal simulasi pengujian.
Namun setelahnya, rerata hanya 50 sampai 60 persen performa saja yang diberikan sepanjang pengujian. Tujuannya tentu untuk efisiensi daya baterai, dimana daya tahan smartphone ini memang tergolong bagus.
Pengujian lainnya, kami gunakan 3DMark sebagai tolak ukur. Kami langsung menguji stabilitas GPU-nya dengan Wild Life Stress Test, simulasi benchmark yang dilakukan sebanyak 20 kali tanpa henti.
Hasilnya, ponsel ini memiliki stabilitas yang sangat tinggi mencapai 97,5 persen. Skornya pun tembus 5.828 poin dengan rerata frame rate mencapai 45 FPS. Kenaikan suhunya memang cukup tinggi, mencapai 45 derajat Celcius, tapi tak terjadi stuttering sama sekali.
Xiaomi 13T sendiri memiliki daya tahan baterai yang cukup baik. Baterai 5.000 mAh pada smartphone ini bisa bertahan lebih dari 12 jam untuk pemakaian intens, dimana aplikasi kamera dan game menjadi dua kegiatan yang sering dilakukan.
Soal fast charging, memang turun jauh dari sebelumnya 120W menjadi 67W saja. Ya, sektor fast charging mungkin jadi salah satu bagian yang ditekan habis-habisan untuk mengurangi porsi harganya agar tetap murah.
Tak sekencang Xiaomi 12T dengan 120W, kecepatan charging masih terbilang impresif. Kira-kira, ngecas kurang lebih 30 menit kalian bisa mendapati baterai terisi lebih dari 60 persen. Sementara untuk full charged, butuh waktu kurang dari 60 menit.
Kamera dengan Leica Authentic
‘Co-engineered with Leica’, agak berat nih klaim Xiaomi buat Xiaomi 13T saat pamer kemampuan kameranya. Kita tahu, kamera dari Leica tuh gak ada yang murah, ratusan juta Rupiah buat punya kamera keluaran Jerman tersebut. Belum lagi harga lensanya.
Terus tiba-tiba, Xiaomi 13T dengan harganya yang cuma Rp6 jutaan mengklaim punya kamera yang diracik Leica, bukan cuma software saja, tapi ke tingkatan hardware juga.
Oke kita bahas konfigurasi kamera Xiaomi 13T ini terlebih dahulu. Jadi, suksesor Xiaomi 12T tersebut punya tiga kamera belakang yang lebih baik dari sebelumnya. Gak ada lensa gimmick, kayak kamera 2 MP, AI Camera, dan sebagainya.
Kamera utamanya 50 MP yang didukung optical image stabilization (OIS), memberikan stabilisasi lebih baik dan meminimalisir distorsi saat mengambil gambar, baik foto maupun video.
Kamera ini dipadukan dengan lensa telephoto dengan sensor 50 MP. Kamera ini dapat melakukan perbesaran secara optik sebanyak dua kali, memberikan detail dan warna yang tetap tajam walau gambar telah diperbesar.
Sementara sebagai pendamping kedua kamera yang powerful tersebut, ada juga kamera ultrawide 12 MP.
Nah Leica turun tangan buat ngeracik hardware kamera Xiaomi 13T. Kamera smartphone ini menggunakan teknologi Leica Summicron Lens, buat kalian yang mengulik dunia fotografi, tentu tau lensa khas kamera Leica ini.
Teknologi Leica Summicron Lens ini turut dilengkapi dengan susunan lensa 7P Aspherical untuk meningkatkan kualitas gambar. Kemudian secara software, ada dua adaptasi warna yang dapat diaplikasikan pada kamera Xiaomi 13T, yakni Leica Authentic dan Leica Vibrant.
Sementara di depan, kameranya gak berubah, tetap 20 MP. Lantas, bagaimana dengan kualitasnya?
Kami merasakan peningkatan signifikan soal kualitas kamera dibanding Xiaomi 12T. Xiaomi 13T memberikan gambar dengan detail yang tajam, warnanya pun bagus, rentang dinamisnya lebar, dan minim noise.
Kalau memotret dengan gaya Leica Authentic, reproduksi warnanya terasa lebih realistis yang dimaksimalkan dengan preset warna otentik khas kamera Leica M. Beberapa fotonya bahkan, terlihat old school, jadinya lebih cocok untuk memotret street photography atau objek-objek dari dekat.
Beda hal dengan Leica Vibrant, menghadirkan warna yang lebih hidup, terang, namun tidak berlebihan. Tingkat warnanya konsisten, asalkan tak memotret dengan lensa yang ‘menabrak’ langsung cahaya matahari.
Lantaran Leica Vibrant memberikan warna yang lebih tajam, maka saat dihadapkan kondisi cahaya yang menantang seperti sinar matahari yang langsung mengarah ke lensa, maka foto-fotonya cenderung backlight.
Kami sendiri senangnya memotret dengan opsi 2x optical-zoom, karena detailnya tetap dapat dengan warna yang masih akurat dan maksimal. Satu kurangnya, kalau memotret di mode Portrait, efek buram yang memisahkan foreground dan background masih kurang rapi.
Sementara untuk ultrawide, kamera ini punya kualitas gambar yang oke. Maksud kami, biasanya kami mendapati kamera ultrawide ponsel Xiaomi yang cuma gimmick saja atau asal ada.
Tapi, kamera ultrawide pada Xiaomi 13T lebih dari itu. Ditambah dengan watermark khas Leica, hasilnya bikin kami terpukau.
Oiya, bicara soal watermark, kalian bisa menambahkan tanda air khas Leica. Watermark ini otentik dari Leica, dan entah kenapa memberikan kesan kalau gambar yang diambil Xiaomi 13T beneran berkualitas tinggi dan ‘berasa’ Leica-nya.
Bicara kamera depan, kurang memuaskan. Sepertinya, gak ada campur tangan Leica untuk kamera depan Xiaomi 13T, karena detailnya agak halus dengan reproduksi warna yang kurang terlihat natural.
Untuk video, smartphone ini dapat merekam video 4K pada 30 FPS atau 1080p di 60 FPS. Opsi stabilisasi menyala di semua mode perekaman. Kalau 1080p di 60 FPS, hasilnya terasa lebih mulus dan stabil, beda dengan 4K yang agak patah-patah saat merekam atau saat video diputar kembali.
View this post on Instagram
Kesimpulan
Sepanjang tahun ini, ada beberapa hal yang bikin kami kecewa dengan Xiaomi di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Xiaomi 13 Series yang gak dibawa ke Indonesia, padahal Xiaomi 12 Series saja dijual resmi di sini.
Tapi Xiaomi mencoba mengobati rasa kecewa kami (dan mungkin beberapa Mi Fans lainnya) dengan menghadirkan Xiaomi 13T. ‘Obat’ ini ternyata berhasil, Xiaomi 13T setidaknya sedikit mengurangi rasa penasaran para tech enthusiast yang penasaran ‘Bagaimana sih rasanya pakai kamera Leica di ponsel Xiaomi?”
Leica di smartphone ini gak gimmick sama sekali. Campur tangan “perusahaan beling asal Jerman”, kalau menurut fotografer profesional Beawiharta, membuat Xiaomi 13T memiliki experience yang hampir mirip dengan kamera Leica.
Kualitas kameranya secara overall patut untuk diacungi jempol. Terlebih, ada banyak fitur maupun filter khas Leica, bahkan sampai suara shutter-nya pun dihadirkan pada ponsel ini.
Selain kamera yang mahir, dapur pacu smartphone ini juga terbilang gesit dan stabil. Xiaomi 13T juga jadi ponsel pertama dari T Series dengan IP68, dan hal-hal lain yang ditawarkan ponsel ini yang membuatnya terasa worth it untuk dipinang di akhir tahun ini.
Memang ada segelintir kekurangan, seperti layar dengan Gorilla Glass 5, bodi berbahan dasar plastik, hingga kecepatan fast charging yang dikurangi, tapi dengan harga Rp6.499.000, rasanya kelebihan dan kekurangan dari Xiaomi 13T sangatlah adil untuk diterima konsumen.