Community Week: Bikin Robot Semakin Murah, Ini Peringatan Buat Manusia
Kiri-kanan: Hani Nur Fajrina, Hardi Kusuma, Wahyu Solihin, Ahmad Daud dan Dwi Handoko (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Uzone.id - Siap-siap saja warga Indonesia, saat ini sedang terjadi lompatan teknologi menuju Web 3.0 atau dikenal sebagai metaverse.
Selain itu, teknologi robotik juga kian berkembang pesat sehingga anak-anak muda sekarang dituntut untuk meningkatkan kemampuannya menguasai teknologi tersebut.Dwi Handoko, guru sekaligus pelatih di komunitas robotik Zerobot di SMAN 1 Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengatakan bahwa di masa depan tenaga manusia akan menjadi mahal harganya, sedangkan kenyataan di lapangan, harga membuat robot semakin murah.
BACA JUGA: Kebocoran Data Bank Indonesia Adalah Puncak Gunung Es
"Apalagi robot humanoid, itu akan menurun 25 persen, (tahun berikutnya) 25 persen, semakin turun harganya, semakin murah," tutur Dwi Handoko saat berbincang dengan host Hani Nur Fajrina di program Community Week yang disiarkan di kanal YouTube dan Instagram Live Uzone Indonesia, Senin (24/1/2022).
Dwi mengenang ketika dirinya mengenyam pendidian kuliah, untuk membuat robot butuh dana jutaan rupiah. Itu baru bikin lane follower robot, yang sekarang cuma butuh dana Rp150 ribu saja untuk membuat robot jenis itu.
"Untuk bikin robot yang bisa diatur, contohnya untuk pemadam api, prototipe, itu cuma Rp150 ribu, zaman saya kuliah butuh biaya, butuh waktu, cukup mahal. Komponennya semakin murah," kata Dwi.
Tak ayal, tenaga manusia yang harganya semakin mahal itu akan banyak tergantikan oleh robot.
Untuk menarik minat anak-anak muda di bidang sains, Dwi ingin menghapus stigma pelajaran matematika tidak bisa dibuat sebuah produk. Dia pernah menantang beberapa muridnya untuk membuat aplikasi Android yang bisa menghitung matematika.
"Saya ajak, coba kamu bikin satu aplikasi android, saya tantang mereka membuat produk matematik dalam waktu 15 menit," kata Dwi yang juga ditemani oleh tiga muridnya yang tergabung di komunitas Zerobot: Hardi Kusuma (XII MIPA 2), Wahyu Solihin (XII MIPA 2), dan Ahmad Daud (XII MIPA 1).
Dia menambahkan, "Waktu itu, mereka membuat aplikasi Android untuk menghitung matematika, mereka baru percaya, itu benar. Kalau kita berpikir secara komputasi, itu tidak memakan waktu banyak, jadi semuanya diajak cepat."
BACA JUGA: Efek CGI Bisa-bisa Berkurang, Bakal Ada Studio Film di Antariksa
Komunitas Zerobot juga pernah membuat alat pendeteksi banjir, sehingga bisa memperingati warga kalau terjadi banjir.
Kemudian tempat sampah cerdas, karena SMAN 1 Cisarua merupakan sekolah Adiwiyata (punya arti kebersihan), maka mereka menggabungkan antara teknologi dengan kebersihan.
"Buang sampah gak perlu repot, kalau penuh pun ada indikatornya, untuk kelas XII (bikin robot yang) bisa deteksi sampah organik dan nonorganik," kata Dwi, yang juga menjabat Koordinator Pengembang Sains dan Robotika di musyawarah guru di Kabupaten Bogor.