icon-category Digilife

Lulusan Non-IT Mau Jadi Digital Talent, Masih Bisa 'kan?

  • 30 Nov 2020 WIB
Bagikan :

(Ilustrasi foto: Brooke Cagle/Unsplash)

Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)

Uzone.id -- Indonesia sering menyuarakan tentang industri 4.0 di mana banyak aspek seakan mengharuskan serba fasih di ranah digital. Anak-anak muda pun dijadikan harapan bangsa untuk membuat perubahan, salah satunya menjadi digital talent.

Istilah ini barangkali masih bikin bimbang, apakah ditujukan buat mereka yang sejak kuliah belajar tentang software dan ilmu komputer saja?

Bagaimana dengan lulusan non-IT? Bagaimana peluang mereka dan tips jitu untuk berkontribusi di startup dan perusahaan besar sebagai digital talent? Saya mengidentifikasi setidaknya ada dua peluang besar yang dapat diambil.

1. Banting setir membangun keahlian spesifik di bidang digital

Lulusan non-IT pun bukan tidak mungkin berkarir di bidang digital sebagai programmerdata scientist, dan sebagainya. Malah, saya melihat banyak sekali pakar yang dulunya berkuliah di bidang non-IT.

Saya menganalisis hal ini karena dua hal. Pertama, bidang IT sendiri terus menerus berubah, sehingga lulusan non-IT yang terus membina pengetahuan dan keahlian di bidang IT dapat memiliki skill yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Baca juga: Kapan Startup Lokal Layak Go Global?

Kedua, semakin banyak perusahan yang lebih mementingkan skill. Ketika merekrut calon karyawan, perusahaan menggunakan online test untuk menguji apakah kandidat tersebut memiliki kapabilitas atau tidak. Latar belakang pendidikan tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kesuksesan seorang lulusan.

Oleh karena itu, bagi mereka yang merupakan lulusan non-IT, sangat mungkin untuk berkecimpung menjadi programmer dan profesi lainnya di bidang digital. Tentu saja, syaratnya mereka harus terus menerus mengasah dan meningkatkan kemampuan – baik itu melalui mengikuti berbagai course ataupun terlibat di dalam proyek-proyek open source maupun pekerjaan lainnya.

Ilustrasi digital talent/foto: Unsplash

2. Berada di keahlian saat ini (non-IT) namun diperkaya dengan keahlian IT

Seringkali, lulusan atau profesi IT membutuhkan profesi lain untuk mengembangkan solusi atau sistem IT di bidang spesifik, misalnya logistik, kesehatan, dan sebagainya. Hal ini karena lulusan IT tersebut membutuhkan pengetahuan terkait dengan industri atau vertikal yang terkait.

Oleh karena itu, lulusan non-IT yang tetap mengembangkan keahlian di bidangnya namun diperkaya dengan keahlian IT akan menjadi profesi yang sangat penting.

Sebagai contoh, lulusan IT itu banyak, dokter pun banyak. Namun, belum terlalu banyak dokter yang mengerti Artificial Intelligence (AI) misalnya. Dokter yang memahami AI ini memiliki peluang untuk dapat membangun sistem healthcare yang mampu menghadirkan layanan yang lebih baik bagi pengguna.

Hal yang sama juga berlaku bagi bidang-bidang lainnya. Pakar keuangan yang mengerti AI, pakar logistik yang memahami blockchain, dan kombinasi-kombinasi lainnya antara skill bisnis dan skill IT – mereka akan memiliki value-added yang tinggi ke depannya.

Baca tulisan kolom Fajrin Rasyid Lainnya di sini

.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini