Home
/
Digilife

Misinformasi di Facebook Lebih Banyak Raup Engagement Dibandingkan Berita Fakta

Misinformasi di Facebook Lebih Banyak Raup Engagement Dibandingkan Berita Fakta

-

Tomy Tresnady04 September 2021
Bagikan :

Ilustrasi (Foto: Souvik Banerjee / Unsplash)

Uzone.id - Sebuah studi yang dilakukan peneliti di New York University dan Universite Grenoble Alpes di Prancis menunjukkan bahwa misinformasi atau informasi yang sesat bisa meraup enam kali lebih banyak engagement di Facebook daripada berita fakta.

Studi melihat postingan dari halaman Facebook lebih dari 2.500 penerbit berita antara Agustus 2020 dan Januari 2021, seperti dilaporkan Washington Post.

Para peneliti menemukan bahwa halaman yang memposting lebih banyak informasi yang salah secara teratur mendapat lebih banyak "likes", "share" dan komentar.

Hal ini terlihat di seluruh spektrum politik. Namun, penelitian menemukan publisher kelompok 'sayap kanan' punya kecenderungan jauh lebih tinggi untuk membagikan informasi yang menyesatkan dibandingkan publisher dalam kategori politik lainnya.

BACA JUGA: Lawan Fan Culture, China Hapus Vicki Zhao hingga Kris Wu di Internet

Penelitian ini akan dipublikasikan pada Konferensi Pengukuran Internet 2021 pada bulan November. Namun bisa dirilis sebelum itu, kata peneliti Laura Edelson kepada The Verge.

Seorang juru bicara Facebook menunjukkan kepada Washington Post bahwa penelitian ini hanya melihat keterlibatan, dan bukan "jangkauan" - istilah yang dipakai perusahaan untuk menggambarkan betapa banyak orang yang melihat konten di Facebook, terlepas dari apakah mereka berinteraksi dengannya.

Facebook tidak membuat data jangkauan yang tersedia bagi para peneliti. Sebaliknya, mereka dan orang lain yang ingin memahami dan mengukur masalah misinformasi platform media sosial, termasuk para peneliti ini, sering kali beralih ke alat yang disebut CrowdTangle, yang dimiliki oleh Facebook.

CrowdTangle adalah alat yang digunakan kolumnis teknologi New York Times Kevin Roose untuk membuat daftar posting reguler yang paling banyak terlibat di Facebook - sebuah praktik yang dilaporkan membuat jengkel petinggi Facebook karena daftar tersebut secara teratur didominasi oleh halaman 'sayap kanan' yang memposting banyak informasi yang salah.

Namun, pada Agustus, Facebook memutuskan akses kelompok peneliti ke data ini (serta ke perpustakaan iklan politik di platform).

Facebook mengatakan akan terus memberikan peneliti pihak ketiga akses ke data bisa melanggar kesepakatan dengan Komisi Perdagangan Federal (FTC) yang dibuat setelah skandal Cambridge Analytica, klaim yang menurut "FTC tidak akurat."

populerRelated Article