Review Redmi 10A: Diluncurkan Hanya untuk 'Dikorbankan'
Redmi 10A (Foto: Muhammad Faisal/Uzone.id)
Uzone.id - Redmi 10A merupakan smartphone terbaru dan termurah dari Xiaomi yang dibawa ke Indonesia. Harganya bahkan lebih terjangkau dari Redmi 10C yang juga dibanderol Rp1 jutaan. Tapi, status "ponsel termurah" ini membuat kami bertanya-tanya, apakah Redmi 10A beneran pantas untuk dibeli?
Jawaban pantas atau tidaknya sebuah ponsel untuk dipinang memang tergantung masing-masing orang. Kami sendiri memiliki cara sendiri untuk menjawabnya, yakni melalui review Redmi 10A yang sudah kami lakukan selama semingguan.Mengenai harga, Redmi 10A memang jadi salah satu smartphone termurah saat ini. Harga ritel resminya mulai Rp1,4 jutaan. Namun di e-commerce, ada banyak toko yang menjajakan ponsel tersebut di harga Rp1,2 jutaan saja.
Kapan lagi ada smartphone baru yang harganya saja jauh lebih murah dari biaya kosan dan operasional kalian di kota besar, ya kan?
Baca juga: Lebih Dekat dengan Redmi 10A
Desain Minimalis, Tapi Tak Murahan
Stigma ponsel sejutaan dikemas dalam desain yang murahan dan jadul sepertinya ingin dibuang jauh oleh Xiaomi. "Redmi 10A desainnya keren juga," pikir kami saat melihatnya pertama kali.
Secara tampilan, Redmi 10A punya bentuk yang sama banget dengan Redmi 10C. Kembar tapi tak serupa, karena jeroannya saja yang membedakan kedua ponsel baru Xiaomi itu.
Bagian depan, Redmi 10A punya tampilan kekinian dengan layar memanjang dan punya notch alias poni di atasnya. Jadul untuk Android, tapi dibandingkan dengan iPhone, poninya bahkan lebih kecil. Bercanda ya Apple fanboy.
Layarnya sendiri berjenis IPS LCD berukuran 6,53 inci dengan resolusi HD+. Tak ada fitur refresh rate apalagi mode HDR, kemampuan layarnya fungsional saja.
Dibilang berkualitas tidak, dikatakan tidak bagus juga enggak. Kualitas layar ponsel ini terbilang pas saja. Namun kami apresiasi kebolehan layarnya yang masih bisa dilihat dengan baik di bawah terik matahari berkat intensitas cahaya maksimalnya yang menyentuh 400 nits.
Ke belakang, desain Redmi 10A ini cenderung narsistik, tukang pamer, dan gimmick. Bingkai kameranya gede banget ukurannya dan ditambah dengan logo "Redmi" yang cenderung kelihatan narsistik.
Walau bentuknya besar, tapi modul ini cuma menyimpan dua kamera belakang saja. Terus ukuran yang gede ini buat apa deh? Well, kalau untuk kosmetik saja sih berhasil ya. Karena modul kamera tersebut berhasil membuat Redmi 10A kelihatan beda dengan ponsel sejutaan lainnya (kecuali Redmi 10C tentunya). Tergabung dengan bingkai kameranya, ada sensor sidik jari yang berada di sudut kanan bawahnya.
Baca juga: Review Redmi Note 11 Pro
Bodi Redmi 10A sendiri terbuat dari bahan plastik, nama kerennya sih polikarbonat. Warnanya ada berbagai macam, kebetulan Redmi 10A yang kami review berwarna hitam yang kelihatan biasa saja tanpa ada efek gradasi ataupun pantulan cahaya.
Yang bikin menarik justru tekstur bodinya yang bergaris dan keset, sehingga grip saat memegangnya cukup enak. Bodinya juga tak mudah tertempel jejak sidik jari, sehingga kelihatan bersih selalu. Berkat Ukurannya pun, ponsel ini pas digenggaman.
Di bagian bawah, tersemat mikrofon bersama dengan micro-USB, dan speaker. Ya, ponsel ini belum punya port USB-C seperti Redmi 10C dan tak mendukung pula speaker stereo.
Di atas, hanya ada jack audio 3,5mm saja. Sayangnya, gak ada juga IR blaster buat menjadikan ponsel sebagai remote darurat untuk perangkat elektronik. Beda dengan Redmi 10C yang sudah memilikinya. Di kanan, ada tombol power dan volume, sementara di kiri tersedia slot dual SIM dan microSD.
Performa Pas, Gak Cocok untuk Main Game
Redmi 10A beneran ditenagai spesifikasi yang pas-pasan. Beda jauh lah dengan Redmi 10C yang telah mengusung prosesor Qualcomm terbaru Snapdragon 680 yang kinerjanya over power buat HP sejutaan.
Prosesor yang digunakannya cuma Mediatek Helio G25 yang udah ketinggalan zaman. Bagaimana tidak, chipset ini dibuat dengan arsitektur jadul 12nm dan memiliki clock-speed lebih pelan.
Core utamanya saja hanya menyuguhkan kecepatan 2GHz, sedangkan efficiency core-nya hanya 1,5 Ghz saja. SoC (system on chip) ini dipadukan dengan RAM 3 GB dan memori penyimpanan berkapasitas 32 GB/64 GB.
Saat pertama kali mengujinya, kami memutuskan untuk tidak melakukan benchmarking. Sebab, skornya sudah pasti di bawah rata-rata, intinya kelihatan pelan deh!
Di AnTuTu Benchmark versi 9 terbaru saja skornya cuma 103 ribuan poin saja. Saking pelannya, AnTuTu sampai tega menulis "The score is abnormal" pada pengujian singkat yang kami lakukan.
Jadi agar fair, kami menjelaskan saja pengalaman pengguna kepada kalian. Sesungguhnya, Redmi 10A lebih pas digunakan sebagai sarana komunikasi atau mengakses sosial media saja.
Selama kami menjadikannya sebagai daily driver, tak ada kendala yang berarti saat memakainya untuk membalas chat WhatsApp, membuat Facebook Lite, Messenger Lite, sampai Twitter Lite.
Sedikit lebih berat saat mengakses Instagram dan TikTok, namun kami bisa mengerti karena banyak aplikasi yang berjalan di background yang membebani RAM 3 GB dari ponsel ini.
Kami sarankan juga untuk tidak sering berganti aplikasi satu ke yang lainnya dalam jeda yang singkat. Hal ini membuat Redmi 10A kewalahan dan menjadi sedikit laggy ketika membuka aplikasi yang baru.
Kami cukup mempertanyakan kenapa Xiaomi tak memberikan sistem operasi Android Go berlapis MIUI versi Go Edition misalnya untuk Redmi 10A. Sebab, sistem operasi MIUI 12.5 berbasis Android 11 ini lumayan membebani RAM ponsel.
Baca juga: Plus Minus Pakai Samsung Galaxy S22 Ultra 5G
Dalam kondisi idle saja, membuka aplikasi baru tak terlalu responsif. Walau terbuka dengan lancar, tapi pengalaman "lemot" ini begitu melekat pada Redmi 10A.
Selain itu, ada beberapa fitur krusial yang hilang di OS ini, mungkin untuk menyesuaikan dengan spesifikasi Redmi 10A yang kami review.
Salah satu fitur yang hilang adalah kunci aplikasi di Recent Apps. Fitur ini penting, karena menahan aplikasi agar selalu berjalan di background ketika tak digunakan.
Karena sejujurnya, fitur pembebasan RAM di MIUI ini lumayan sadis. Aplikasi benar-benar ditutup, sehingga kadang notifikasi dari aplikasi yang tertutup akan diterima pengguna ketika aplikasi diakses kembali.
Hal ini sering kami alami di Redmi 10A. Saat membebaskan RAM di Recent Apps, Whatsapp turut dihentikan oleh MIUI, sehingga notifikasi pesan kadang tak diterima oleh kami.
Bagaimana dengan game? Beberapa dari kalian tentu akan bertanya hal tersebut. Ada fakta menarik, Xiaomi menyematkan banyak bloatware berupa game ringan pada MIUI 12.5 di Redmi 10A.
Sebagian game yang ada bahkan kami tidak mengenalinya, mungkin karena game tersebut begitu ringan dan jarang kami jumpai. Apalagi, kami sendiri seringnya bermain game dengan grafis tinggi yang ada di Android, hashtag alasan.
Permainan bloatware yang kami coba dapat dimainkan dengan cukup baik, lumayan lah pengalamannya. Tak puas, kami mencoba bermain game ringan favorit di Android yang biasa dimainkan oleh penumpang KRL untuk menumpas rasa bosan, seperti Subway Surfer, Stumble Guys, hingga Hill Climb Racing 2.
Subway Surfer dan Hill Climb Racing 2 dapat dimainkan dengan lancar dan tanpa lag, sedangkan Stumble Guys yang merupakan game online lumayan bikin Redmi 10A kewalahan.
Game cenderung laggy, apalagi saat karakter kami berada di tengah-tengah puluhan pemain dalam satu waktu. Experience gaming yang kami dapatkan juga tak maksimal, layar menjadi tidak responsif dan grafis lumayan patah-patah sepanjang permainan.
Beralih ke baterai, Redmi 10A ditopang oleh baterai dengan kapasitas 5.000 mAh. Gak ada dukungan fast charging sama sekali, namun kalian tetap mendapatkan adaptor charger beserta kabelnya dalam boks pembelian.
Ketiadaan fast charging dan penggunaan micro-USB sungguh menjadi kekurangan yang cukup fatal. Ngecas dari 4% sampai penuh butuh waktu sampai 3 jam 20 menit! Makanya, kami sempat mempertanyakan "apakah Redmi 10A ini cuma strategi Xiaomi agar Redmi 10C kelihatan worth it dan laku?"
Pasalnya, beda harganya amat sedikit tapi spesifikasi dan fitur yang diusung keduanya bak langit dan bumi. Adapun daya tahan baterainya, kami mendapatkan screen on time selama kurang lebih 9 jam, berdasarkan pengujian dengan PCMark Battery Test.
Catatan ini sama juga dengan pemakaian normal yang kami lakukan. Dipakai untuk chatting, telepon VoIP, scrolling medsos, hingga browsing-an, baterai ponsel ini bisa bertahan kurang lebih 10 jam dengan baterai tersisa sekitar 10%.
Kamera yang Fungsional
Kami tak berharap banyak dengan kemampuan kamera dari Redmi 10A. Cuma mengandalkan kamera utama 13MP, kamera depth 2MP, dan kamera selfie 5MP, rasanya ekspektasi kami tak muluk-muluk, yaitu bisa memotret gambar dengan baik dan tidak kabur.
Untungnya, keinginan kami dikabulkan oleh sistem kamera smartphone ini, kecuali kamera depan. Kamera selfie Redmi 10A hasilnya cukup parah. Warnanya pucat, detailnya hancur, dan kualitas foto cenderung kabur, kendati fitur HDR sudah kami aktifkan.
Kami maklumi sebenarnya, toh cuma 5MP saja. Kami rasa, kamera selfie ini cocoknya untuk video conference saja bagi anak sekolah belajar jarak jauh atau sekadar Google Meet dengan rekan kerja ketika WFH atau kerja di rumah.
Sementara kamera belakang, kualitasnya lumayan oke. Meski kami tak berharap banyak juga, namun foto yang diberikan memiliki komposisi warna yang cukup natural asalkan ambience cahaya sekitarnya pas. Detailnya cukup bagus, meski setelah diperbesar akan ada banyak noise dimana-mana yang terlihat pada gambar.
Tapi setidaknya, kamera ini cukup membantu pengguna untuk sekadar berbagi momen di jalan atau kejadian singkat dan membagikannya di grup WhatsApp maupun media sosial.
Hasil Kamera Belakang:
Hasil Kamera Depan:
Baca juga: Review Baterai Samsung Galaxy M33 5G
Kesimpulan
Setelah menggunakannya selama seminggu untuk kebutuhan review, ada dua kesimpulan yang bisa kami ambil soal Redmi 10A. Pertama, smartphone ini memang diluncurkan Xiaomi sebagai ponsel bagi pengguna feature phone yang ingin beralih ke smartphone.
Perlu diketahui, pengguna feature phone di sekitar kita masih cukup banyak lho. Bukan cuma untuk pengguna yang ingin berganti ke ponsel pintar saja, smartphone seperti Redmi 10A juga cocok bagi anak-anak sekolah sebagai sarana untuk belajar online dan berkomunikasi dengan orang tuanya.
Dengan kemampuannya yang cukup terbatas, smartphone ini memang kami gunakan sebagai sarana komunikasi saja. Kesimpulan kedua, kami rasa Redmi 10A diluncurkan Xiaomi hanya untuk dikorbankan saja agar Redmi 10C bisa lebih laku karena terlihat lebih murah dengan harga yang masuk akal.
Bukan tanpa alasan kami mengatakan hal tersebut. Redmi 10A memang lebih murah sekitar Rp500 ribu saja dengan Redmi 10C, tapi Redmi 10C punya harga yang lebih pas dalam hal price to performance-nya. Perbedaan spesifikasi dan fitur yang ditawarkan antara keduanya sungguh berjauhan.
Snapdragon 680 berbanding MediaTek Helio G25, micro-USB dengan USB-C, fast charging 18W dengan ngecas standar, kamera utama 50MP berbanding 13MP, dan ketimpangan spesifikasi lainnya.
Redmi 10A memang jadi ponsel termurah dari Xiaomi saat ini. Namun karena posisi harganya yang berdekatan dengan Redmi 10C, smartphone itu terasa tak sepadan dengan harga yang ditawarkannya.