Pakar BRIN Akui Alat Mirip Nikuba Banyak Dijual di E-Commerce
Deni Shidqi Khaerudini, Peneliti Madya BRIN Bidang Material Energi (kiri), saat diwawancara Tomi Tresnady dari Uzone.id (Foto: Agus Dwi Kristanto / Uzone.id)
Uzone.id - Generator mini Nikuba yang dibuat oleh Aryanto Misel (67) awal Cirebon, Jawa Barat, tengah jadi sorotan media online maupun netizen. Alat tersebut diklaim bisa menggerakkan sepeda motor tanpa memerlukan bensin.
Kami pun pernah menyambangi kediaman CEO Nikuba, Iwan Piliang, di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, belum lama ini. Iwan membenarkan bahwa generator mini Nikuba bisa mengubah air menjadi gas hidrogen.Hidrogen tersebut disalurkan ke bahan bakar melalui karburator.
Namun, pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkata lain. Alat tersebut merupakan HHO Generator yang sudah banyak dijual di e-commerce.
BACA JUGA: Toyota Calya Jadi Listrik, Driver Online Bakal Girang?
"Ya, terima kasih atas perhatiannya, ini cukup menyedot perhatian warga Indonesia dan juga warga netizen, sebelumnya saya ucapkan selamat atas kreatifitasnya, inovasinya, tapi ada beberapa hal yang mungkin perlu kita luruskan ya dari BRIN siap membantu, seperti itu," kata Deni Shidqi Khaerudini, Peneliti Madya BRIN Bidang Material Energi, saat ditemui di kantornya, Selasa (24/5/2022).
Selanjutnya, Deni menjelaskan bahwa Nikuba layaknya generator untuk mengonversi bahan bakar. Artinya, Nikuba memerlukan energi untuk memisahkan air sehingga bisa menciptakan hidrogen.
Namun, dia mengingatkan bahwa bukan air yang dipakai sebagai bahan bakar. Apalagi untuk mengubah air menjadi hidrogen ada hitung-hitungannya, seperti berapa energi yang dibutuhkan untuk memisahkan air? Dan, berapa energi yang dihasilkan untuk menggerakkan sistem motor bakar?
"Saya belum melihat secara langsung ya (generator mini Nikuba). Tapi kalau lihat berita atau news yang ada tentang Nikuba, memang alat itu kok familiar dan bukan barang baru menurut saya," tutur Deni.
Dia menjelaskan lebih lanjut, kalau secara umum pihaknya menyebut generator mini Nikuba sebagai HHO generator. Hidrogen yang dihasilkan pun bukan hidrogen murni, namun Hidrogen-Hidrogen-Oksigen atau oksihidrogen.
BACA JUGA: Wajib Tahu! Ini Bedanya BEV, HEV, PHEV, Mild Hybrid pada Mobil Listrik
HHO Generator pertama kali ditemukan oleh Yull Brown. Maka dari itu, HHO Generator disebut juga gas Brown Generator.
Konsep elektrolisis seperti itu, ujar Deni, sudah dipelajari oleh kita saat di bangku SMP dan SMA. Seperti bagaimana kita memisahkan air dengan bantuan listrik yang disebut elektrolisis tadi.
"Sekali lagi, saya belum melihat alatnya secara langsung ya. Kalau HHO Generator yang saat ini dari pasaran, dan mereka (para penjual di online) sendiri mengklaim bukan pengganti BBM. Dan yang ada itu sebagai fuel saver atau penghemat BBM. Jadi BBM yang digunakan jadi lebih hemat karena ada oksihidrogen tadi membantu pembakaran di mesin bakar," terang Deni.
Deni mengatakan, jika generator mini Nikuba dibilang tanpa perlu bensin, dirinya tentu masih sangsi, sehingga lebih baik dibuktikan.
"Kalau itu betul (tanpa bensin) seharusnya (pencipta generator mini Nikuba) mendapat penghargaan yang luar biasa," ungkap Deni.
Mengubah Air Jadi Hidrogen dan Oksigen Butuh Arus Listrik Besar
Fuel cell sebetulnya pembangkit (generator) listrik tapi tanpa moving part (alat gerak mekanis seperti di sistem pembangkit konvensional) atau alat pengubah gas bahan bakar (hidrogen) di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda menjadi listrik sebagai output utamanya. Dan output lainnya yaitu air (H2O) dan panas.
Fuel cell sendiri banyak jenisnya. Tapi untuk yang digunakan pada sistem transportasi biasanya jenis PEMFC (proton exchange membrane fuel cells)
Tapi air (H2O) yang digunakan pun harus air murni (distilled water/air suling), dan tidak boleh ada unsur logam/mineral karena akan mengganggu proses pemisahannya.
Secara umum, energi input selalu lebih besar dari energi output. Deni pun memberikan sedikit ilistrasi hitungan seserhananya.
Jadi, bahan bakar sebenarnya bukan air, melainkan baterai/aki. Arus listrik akan memecah air menjadi hidrogen dan oksigen, dan hidrogen ini yang akan digunakan dalam proses pembakaran.
"Tanpa listrik dari aki, proses elektrolisis tidak bisa berjalan. So, its not just a water," terang Deni.
Masalahnya, kata dia, elektrolisis ini prosesnya memakan banyak sekali listrik. Electrolyser dengan efisiensi 100 persen membutuhkan 39,4 kWh listrik untuk menghasilkan 1 kg hidrogen.
"Sementara, aki motor memiliki kapasitas penyimpanan listrik sekitar 60 Wh. Dengan daya listrik tersebut dan asumsi efisiensi 100 persen (mustahil), motor konversi electrolyser cuma mampu menghasilkan energi sebesar 0,216 MJ atau 0,06 kWh sebelum baterainya habis," katanya.
Sebagai perbandingan, bensin memiliki kandungan energi 34,2 MJ/L. Dengan kapasitas tangki bensin 3,7 L, maka dapat disimpan energi sebesar 126,54 MJ atau 35,15 kWh. Lebih besar 585 kali dibandingkan pakai aki saja!
Tentu saja kapasitas aki harus dinaikkan supaya bisa menghasilkan hidrogen memadai. Katakanlah dinaikkan jadi 5 kWh. Maka kapasitas baterai tersebut dapat membangkitkan daya sebesar 18 MJ atau 5 kWh. Masih 7 kali lebih rendah daripada bensin biasa.
Deni mengatakan sekali lagi bahwa itu mengasumsikan efisiensi electrolyser 100 persen, yang mana mustahil tercapai.
"Elektrolisis hidrogen adalah proses super boros energi dan tidak dpt menjadi alternatif lebih baik daripada bensin untuk sepeda motor. Atau jodoh H2 sendiri memang bukan utk mesin bakar (ICE), tapi harus menggunakan sistem konversi lain yaitu fuel cell dan motor listrik," beber dia.