Perempuan dan OnlyFans, Kombinasi yang Mematikan!
Gusti Ayu Dewanti alias Dea OnlyFans (Foto: Instagram)
Uzone.id - "If you have a vagina and an attitude in this town, then that's a lethal combination."
Itu merupakan quote dari seorang aktris Sharon Stone (Basic Instinct, Total Recall) mengenai dahsyatnya seorang perempuan yang bisa melakukan apapun, termasuk mengarahkan nasib sebuah negara yang masih kuat dengan sistem patriarki.Kita ingat bagaimana Jiang Qing atau dikenal juga Madam Mao yang dipercaya telah mempengaruhi keputusan-keputusan Ketua Partai Komunis Tiongkok Mao Zedong, termasuk lahirnya Revolusi Budaya yang menewaskan jutaan rakyatnya pada Mei 1966.
BACA JUGA: OnlyFans Jadi Ladang Cuan Anak Muda Perempuan Jaman Sekarang?
Tak usah jauh-jauh. Di Indonesia pun beberapa petinggi partai politik laki-laki langsung hancur cuma gara-gara masalah perempuan.
Jejak digital Maria Eva, seorang penyanyi dangdut sekaligus politikus, pernah bikin Anggota DPR-RI Yahya Zaini terdepak dari karier politiknya gara-gara video mesum beredar di dunia maya pada tahun 2006.
Yup, begitu dahsyatnya pengaruh perempuan seperti yang digaungkan oleh Sharon Stone.
Di sisi lain, negara-negara yang masih kental sistem patriarkinya, termasuk Indonesia, selalu berusaha mendikte bagian-bagian tubuh perempuan termasuk memantau kelakuan mereka di ranah media sosial.
Yang terbaru adalah kasus seorang perempuan bernama Gusti Ayu Dewanti atau dikenal Dea OnlyFans. Dia ditangkap polisi di sebuah tempat kost di Malang, Jawa Timur, pada Kamis (24/3/2022) gara-gara menjual foto-foto telanjang di platform OnlyFans.
Beruntung pemilik 300-an subscriber OnlyFans ini tidak ditahan polisi dengan alasan mau menyelesaikan kuliahnya.
Melansir JPNN, Dea menjadi salah satu mahasiswi di Universitas Diponegoro Program Studi (Prodi) Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya Undip angkatan 2017.
Sebelum kasus Dea mencuat, sebetulnya sudah banyak para selebritis ditangkap polisi karena terkait dengan pornografi. Sudah jadi hal wajar ketika pihak laki-laki yang juga terlibat justru tidak diumbar identitas pribadinya.
BACA JUGA: Siap-siap, Telkomsel Mulai Matikan 3G Sampai Akhir 2022
Begitu juga dengan netizen yang latah cuma bisanya menghukum pihak perempuan. Itu tidak berlaku bagi kaum lelaki yang menikmatinya.
Lagi-lagi, perempuan di Indonesia sepertinya masih dijadikan obyek dalam hal manajemen isu karena masih kuatnya sistem patriarki.
Bagaimana ruang privat OnlyFans yang cuma bisa dilihat kalau kita sudah subscribe si artis tersebut. Untuk melihatnya pun harus pakai VPN. Namun, apa yang terjadi. Konten mereka malah beredar di Twitter.
Malah banyak juga orang-orang yang berbuat jahat. File berisi koleksi Dea di OnlyFans dijual lagi oleh pihak lain demi mendapat keuntungan instan, seperti akun di bawah ini.
Bagi si penyebar konten pornografi itu belum tersentuh hukum. Sehingga penanganan masalah isu ini masih parsial atau setengah hati.
Jutaan mata lelaki yang haus dengan pemandangan erotis tentu jadi pasar menarik bagi para perempuan dengan memanfaatkan OnlyFans.
Begitu mudahnya para perempuan mendapat saweran uang dolar dengan modal foto-foto telanjang seperti yang dilakukan Dea. Malah banyak perempuan yang melakukan aksi live di OnlyFans hingga bikin candu pikiran lelaki.
Lagi-lagi mengutip omongan Sharon Stone, "jika kamu punya vagina dan sikap di kota ini, maka itu jadi kombinasi mematikan."
Sudah banyak perempuan yang cuma modal tanpa busana tampil di OnlyFans, besoknya sudah menjadi jutawan.