Pamitnya Startup Asing dari Indonesia, Antara Bertahan atau Mati
Ilustrasi. (Freepik)
Uzone.id - Belakangan ini, banyak startup luar negeri yang menutup layanannya di Indonesia. Zomato adalah salah satu yang baru saja menghentikan operasional di Tanah Air. Sebelumnya ada Eatsy, Airy Rooms, dan lainnya.Lantas, muncul satu pertanyaan di tengah fenomena ini. Apa yang melatarbelakangi startup-startup asing pamit dari Indonesia?
Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id, Head of Investments, MDI Ventures, Winston Adi menyatakan bahwa ada dua hal yang menyebabkan perusahaan luar melakukan “exit” di Indonesia.
“Pertama adalah yang dilakukan oleh Zomato, dimana seluruh operasional Zomato dapat dilakukan di kantornya di India, dan tidak dipastikan akan menghilangkan layanannya di Indonesia. Maka, kantor di Indonesia telah ditutup dalam upaya penghematan biaya,” ujar Winston.
Baca juga: Cisco Webex Target 600 Juta Pengguna di Oktober, Makin Pepet Zoom
Kedua, pandemi virus corona (Covid-19) membuat perusahaan tidak dapat melakukan bisnisnya di Indonesia. Winston menegaskan, “Startup bergantung dengan cost yang sangat tinggi untuk bertumbuh, maka mereka akan kehilangan cash flow jika diteruskan.”
Sejalan dengan itu, dalam wawancara khusus dengan Uzone.id di kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amvesindo), Jefri R Sirait mengungkapkan bahwa pandemi benar-benar dirasakan oleh semua sektor di dunia, termasuk startup.
Ada beberapa startup asing yang memang menutup layanannya di Indonesia. Meski demikian, Jefri menyatakan bahwa itu bukan berarti bisnis mereka tidak sehat.
“Intinya, secara keseluruhan parent's company harus dilihat, terutama kalau dari company-company luar. Jadi belum tentu di Indonesia tidak sehat, bisa saja di atasnya tidak sehat,” ungkap Jefri.
Bicara lebih jauh soal startup-startup yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan, Jefri memadang hal itu untuk tujuan positif.
Baca juga: Google dan Temasek Diisukan Berinvestasi di Tokopedia, Nilainya Rp5 Triliun
“PHK itu untuk menyelamatkan sesuatu. Nah jadi bagus keterbukaan itu. Kita harus melihat parent's company mereka dulu. Itu yang pertama. Nah parent ini selalu meletakkan strategi sebenarnya,” tutur Jefri dalam wawancara via telepon, Senin (26/10/2020).
Lebih lanjut, ia menekankan, “Jadi kalau teman-teman mengenai divest, itu jangan dilihat bahwa itu runtuh. Bukan, It's a strategic.”
Menurut Jefri, strategic growth belum tentu harus tumbuh terus, tapi ada maintain dan divest. Itu juga yang kemungkinan terjadi pada startup-startup asing lain yang lebih dulu pamit dari Indonesia. Lantas, apakah ada lagi startup luar negeri yang bakal “exit” dari Tanah Air?
Menjawab pertanyaan tersebut, Winston menyatakan, “Kebanyakan besar perusahaan luar negeri masih dapat bertahan dengan kondisi pasar pada tahun 2020. Semua tergantung model bisnis masing masing. Yang tidak sustainable akan gulung tikar lebih cepat dari yang di proyeksi karena kondisi pasar.”
VIDEO: Review Laptop Murah Dere R9 Pro: