Walaupun timing pengesahan RUU PDP ini berdekatan dengan fenomena serangan beruntun Bjorka satu bulan belakangan ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) menegaskan kalau pengesahan RUU PDP tak ada kaitannya dengan hacker tersebut.
Selain huru-hara soal Bjorka, kabar adanya penyelidikan Google terkait dugaan monopoli juga cukup menyita perhatian. Beberapa waktu lalu juga warganet sempat dibikin kaget karena ada ucapan bela sungkawa untuk Ratu Elizabeth II dari warga Tebet.
Penangguhan ini bikin si pemilik akun Twitter kesal, bahkan beberapa kali Bjorka menyebut kalau penangguhan akunnya ini berkaitan dengan permintaan khusus pemerintah kepada Twitter.
Tergantung pada niat dan tujuannya, hacker di dunia digital terbagi ke beberapa kelompok, ada yang jahat ada juga yang baik, lho.
Walau dianggap sebagai pahlawan oleh sebagian warganet, tapi apa yang dilakukan Bjorka tetap tidak bisa dibenarkan. Apalagi peretasan merupakan hal yang ilegal dan melanggar hukum, lebih lagi Bjorka mempublikasikan data-data yang bersifat pribadi.
Saat ini, penyelidikan sedang berlangsung oleh tim satgas khusus yang telah dibentuk oleh Menkopolhukam, tim ini terdiri dari BIN, Polri, BSSN, dan Kominfo. Namun, beberapa jam setelah kabar Bjorka tertangkap di Madiun muncul, Bjorka yang sempat hilang pun aktif kembali di Telegram. Kok bisa?
Merasa disudutkan bahkan sampai kena doxing, remaja asal Cirebon ini pun membantah kalau dirinya bukan Bjorka seperti yang dituduhkan oleh akun anonim tersebut.
Setelah membuat huru-hara masyarakat Indonesia, identitas Bjorka sedikit demi sedikit mulai diungkap berbagai pihak. Walaupun sebelumnya ia mengatakan kalau basisnya berada di Warsawa, Polandia, namun kabar yang beredar menyebutkan kalau ia adalah warga Cirebon, Jawa Barat.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Mahfud MD mengungkapkan bahwa pemerintah kini terus melakukan penyelidikan dan sudah mengantongi identitas Bjorka, hacker yang kini sedang jadi pusat perhatian Indonesia.
Pakar siber pun menganalisis motif sebenarnya dibalik tindakan ‘caper’ Bjorka ini. Motif awalnya uang dan imbalan, tapi sekarang tindakannya berubah haluan dan berperan seperti seorang hacktivist.
Presiden Joko Widodo membentuk tim khusus (timsus) untuk menindaklanjuti serangan siber beberapa waktu belakangan. Tak lama setelah pembentukan tim, Bjorka menanggapi pembentukan timsus ini.
Kejadian peretasan ini bukan satu atau dua kali terjadi, bahkan sering. Seakan tak belajar dari kesalahan, sistem keamanan siber Indonesia masih dengan mudahnya diretas hacker yang entah kenapa ‘caper’ ke masyarakat Indonesia. Kalau begini terus, Pemerintah harus melakukan apa?
Agresivitas Elektrifikasi Korea, Kia Perkenalkan SUV Concept EV5
Berkat Five Bold Moves, Laba Bersih Operasi Telkom Rp25,86 Triliun di 2022
Kunci Redam Emosi Saat Berkendara Sembari Puasa: Senyum!
Cara Telkomsel Bantu UMKM dengan Konsep Sharing Economy
Tips Samsung Galaxy S23 Ultra 5G yang Bikin Kalian Makin Produktif
Twitter Blue, Sudah Bayar Mahal Tapi Kok Malah Gampang Dibobol?
Kia Berkah Lebaran, Diskon Spare Parts dan Jasa Sampai Puluhan Persen
Start Buruk Marc Marquez: Nabrak, Kena Penalti, Tangan Patah Lagi
Suzuki Luncurkan Compact SUV Irit Bahan Bakar, Harganya Rp170 Jutaan
Waduh, Kecepatan Internet Indonesia Terendah Se-Asia Tenggara
Spek Vivo V27 5G dan V27e: Prosesor Baru, Kamera Sudah OIS